Pokmaswas Bangko Bersatu dan IPPK melepasliarkan 1.134 ekor Tukik ke Taman Nasonal Perairan Laut Sawu
Proses pelepasan tukik ke laut |
Minggu, 10 Juli 2022 perwakilan dari beberapa anak kampung Desa Nanga Bere memadati penangakaran semi alami dipusat pelestarian penyu Kampung Bangko. Kedatangan masyarakat hari ini dalam rangka pelepasan tukik hasil tangkar kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) di pantai kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.
Masyarakat sangat antusias datang dari berbagai anak kampung dalam desa yang berada disisi selatan Manggarai Barat ini. Kedatangan masyarakat karena rasa penasaran dengan kegiatan konservasi penyu yang dilakukan oleh Kelompok tersebut. Kegiatan pelepasan tukik dimulai pukul 16.00 didepan penangkaran semi alami (demplot permanen) yang dibangun beberapa waktu lalu. Sebelum kegiatan pelepasan Tukik dipantai Tim IPPK memberi penjelasan dasar tentang seputar kegiatan pelestarian penyu dan tentang kehidupan penyu kepada 70-an partisipan yang hadir.
Pantai Kampung Bangko sejak dulu dikenal sebagai salah satu daerah yang sering disinggahi penyu untuk bertelur. Mulanya masyarakat memburu telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan secara bebas. Hal tersebut dilakukan karena mayarakat belum mengetahui status biota laut tersebut yang di lindungi karena diambang kepunahan.
Hari ini Pokmaswas Bangko Bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) melepasliarkan 315 ekor tukik (bayi penyu, red). Tukik tersebut hasil penetasan dari kegiatan monitoring (pengawasan, red) sepanjang pantai beberapa waktu lalu. Tukik yang dilepasliarkan hari merupakan hasil penetasan dari tiga sarang penyu. Sejauh ini (sejak 2017, red) berhasil melepasliarkan 1.134 tukik ke laut Kampung Bangko yang merupakan kawasan konservasi Perairan Nasional (TNP. Laut Sawu).
Sejak terbentuk kelompok ini kegiatan eksploitasi penyu mulai hilang, kini masyarakat beralih menjadi pelestari penyu. Beberapa masyarakat mulai aktif terlibat dalam proses pelestarian penyu, hal itu terlihat dari aktifnya mereka terlibat dalam kegiatan mulai dari monitoring hingga pelepasan tukik.
Untuk diketahui penyu merupakan salah satu binatang purba yang masih bertahan hingga kini. Penyu dianggap sebagai fosil hidup yang telah berevolusi, sampai saat ini hanya 7 jenis penyu yang bertahan hidup dari 30 jenis penyu yang ada di zaman purba. Sebanyak 6 jenis diantaranya dapat dijumpai di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu abu-abu (Lephidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochely coriacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta).
Jenis penyu yang sering ditemukan mendarat untuk bertelur dipantai Kampung Bangko yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Pipih (Natator depressus), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan Penyu abu-abu (Lephidochelys olivacea).
Beberapa penyu yang ada di Indonesia diambang kepunahan. Hal tersebut dikarenakan akibat maraknya perburuan liar, pencurian telur, predator dan kerusakan habitat. Kondisi tersebut akan mengancam populasi berbagai jenis penyu. Perburuan telur penyu dan penangkapan secara ilegal menjadi ancaman serius bagi satwa dilindungi itu. Oleh karenanya, berbagai upaya dilakukan seperti pelestarian yang dilakukan kelompok masyarakat Desa Nanga Bere untuk mencegah satwa langka itu dari ancaman kepunahan.
Ketua Kelompok Penggiat Konservasi Pokmaswas Bangko Bersatu Bapak Abdul Karim menyampaikan bahwa saat ini masyarakat yang tergabung dalam penggiat konservasi terus melakukan monitoring dan penjagaan sarang penyu tersebut dari serangan predator baik satwa liar maupun manusia.
Hasil monitoring selanjutnya mereka membuat penangkaran untuk selanjutnya hasil tangkarannya dilepasliarkan ke habitatnya. Dengan cara ini diharapkan dapat menghindarkan penyu dari ancaman kepunahan. Sebelumnya masih sangat sering menemukan telur penyu beredar dipasar dan diperjualbelikan, sekarang sudah mulai jarang. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan komunitas ini mampu mengedukasi masyarakat sekitar terkait satwa dilindungi, khususnya penyu, tuturnya.
Selain itu, mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa dilindungi itu dengan menghentikan penangkapan penyu secara ilegal dan mencegah perburuan telur penyu.
Untuk diketahui bahwa, Penyu terancam punah secara alami karena dimangsa oleh predator seperti biawak, tikus, babi hutan, burung elang, ada juga beberapa jenis ikan yang senang memangsa anak-anak penyu (tukik) yang melintas di depanya, sedangkan untuk ancaman pelestariannya yaitu aktivitas manusia yang masih sering memanfatkan penyu dan merusak habitat hidupnya.
Karena terancam punah, maka semua jenis penyu sudah dilindungi secara nasional dan internasional, di Indonesia sendiri telah mengeluarkan aturan yang jelas mengenai perlindungan penyu melalui Undang - Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati, dan Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 526/MEN-KP/VIII/2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh dan/atau Produk Turunannya.
Pokmaswas Bangko Bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) berkomitmen untuk mewujudkan Kampung Bangko Desa Nanga Bere menuju salah satu daerah percontohan untuk proses pelestarian penyu di Indonesia.
Salam lestari
Komentar