Ratusan ekor tukik menetas di tempat pelestarian dan pusat edukasi penyu di Lembor Selatan

Tukik-tukik yang menetas di Beo Lejong Penyu 

Rangabalignisarbersuara.blogspot.com Musim penyu bertelur telah tiba. Sebelumnya (07/04/2023), Tiga bocah sekolah menengah pertama (SMP) menyelamatkan ratusan (132) butir telur penyu dipantai Kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Lembor Selatan. Telur tersebut berasal dari satu sarang penyu Lekang yang mendarat. Pada tanggal 25/05/2023 atau membutuhkan waktu 52 hari telur-telur tersebut menetas. Sebanyak 114 ekor tukik muncul dibalik sarang tersebut, sisanya gagal menetas.

Diceritakan bahwa, Ketika menemukan pendaratan penyu ketiga bocah ini mengamankan area sekitar dari predator yang sewaktu-waktu datang mengganggu. Selain itu hal ini langsung dilaporkan ke kelompok masyarakat pegiat konservasi untuk di tindaklanjuti.

"Kami sedang bermain tadi di pantai, kemudian ada benda yang bergerak ke darat ternyata penyu" ujar Yohanes Andika

Telur-telur tersebut langsung diamankan untuk dipindahkan ke lokasi penangkaran semi alami di pusat pelestarian dan edukasi penyu Kampung Bangko yang dikenal dengan nama Beo Lejong Penyu (rumah singgah penyu). Proses pemindahan telur dibantu oleh Kelompok Pokmaswas dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK). Kelompok yang selama ini aktif menjaga dan melestarikan penyu di Desa Nanga Bere. Pada tahun 2023, ini sarang pertama yang berhasil diselamatkan dan dipindahkan (relokasi) ke pusat pelestarian milik Beo Lejong Penyu.

Masyarakat setempat mulai melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan pelestarian penyu. Hal tersebut berangkat dari peran aktif Kelompok pegiat konservasi yang aktif mengkampanyekan kegiatan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu serta manfaat timbal balik dari kegiatan tersebut untuk masyarakat. Sejauh ini Beo Lejong Penyu telah melepasliarkan 1.700an tukik ke laut.

Tukik-tukik yang telah menetas diamankan dibak pembesaran untuk sementara waktu. For your information, saat ini ada sembilan (9) sarang yang dalam tahap inkubasi dalam waktu dekat akan menetas. Informasi pelepasan akan kita update perkembangannya di akun media sosial Beo Lejong Penyu.

Perjalanan kegiatan.

Masyarakat Kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat sejak tahun 2017 silam melalui Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu mulai aktif menjaga serta melestarikan penyu. Hal itu lahir dari fakta bahwa masyarakat setempat terbiasa memburu dan mengambil telur penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan dipasar.

Setiap tahunnya belasan induk penyu mendarat untuk bertelur, hal tersebut oleh masyarakat  dimanfaatkan sebagai peluang untuk "berbisnis" telur penyu dan sebagai lauk untuk "perbaikan" gizi (padahal faktanya telur penyu berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi).

Kehadiran kelompok ini memberi warna baru dilingkungan masyarakat setempat. Mereka menjadi pelopor terdepan dalam hal menjaga, mengedukasi serta melestarikan penyu. Kebiasan mengambil, mengonsumsi dan memperjualbelikan telur penyu terjadi karena masyarakat belum menyadari dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan "eksploitasi" tersebut. Selain itu juga masyarakat belum mengetahui status dari satwa purbakala tersebut. Menurut Badan Konservasi Dunia (IUCN), nyaris semua penyu laut masuk dalam daftar merah (terancam punah, red).  Catatan WWF menyebutkan rusaknya habitat dan tempat penyu bertelur, pencurian telur hingga perdagangan ilegal produk penyu, menjadi tantangan terberat konservasi penyu. 

Pada akhirnya masyarakat memilih berhenti dari kebiasaan tersebut dan mulai melestarikan penyu dengan membantu penetasan telur lewat penangkaran semi alami milik Kelompok Masyarakat tersebut. Singakatnya, dulu diburu, kini warga pesisir selatan Manggarai Barat memilih untuk lestarikan penyu. 

Kegiatan kelompok masyarakat pegiat konservasi

Kelompok Pokmaswas pada musim penyu bertelur giat melakukan monitoring dipantai untuk menyelamatkan telur dari tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab dan predator yang berkeliaran sepanjang  pantai seperti Anjing, Biawak, Babi hutan dan Komodo yang berkeliaran dipantai memangsa telur penyu.

Selain anggota kelompok, sebagian masyarakat mulai berpartisipasi aktif mendukung kegiatan tersebut, seperti ketika menemukan sarang penyu kemudian dilaporkan pada anggota kelompok untuk diselamatkan kepenangkaran semi alami. Membutuhkan waktu 45 hingga 65 hari telur tersebut menetas menjadi tukik mungil kemudian dilepasliarkan ke laut.

Pelepasan tukik ke laut bisa dimaknai sebagai simbol bahwa kemerdekaan ini milik semua mahluk hidup. Tidak terkecuali tukik, ia perlu mendapatkan kemerdekaan ke alam yang luas hingga menjadi penyu, dan terus berkembang, hingga biota ini akan dikenal oleh anak cucu kita nantinya (jika dilestarikan).

Sejauh ini persentase keberhasilan penetasan penyu di konservasinya mencapai 60 hingga 100% dari setiap sarang yang ditanam.  Berbagai faktor yang menjadi kendala keberhasilan kegiatan konservasi tersebut seperti kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam melakukan kegiatan.

Sejak tahun 2021 (akhir) sebuah kelompok anak muda hadir untuk mendukung kegiatan pelestarian ini yaitu Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK). Kelompok ini hadir mendukung keberadaan kelompok pelestari Penyu yang aktif berkegiatan sejak 2017 silam. Bentuk dukungan yang dilakukan yaitu menghadirkan fasilitas pendukung kegiatan yaitu pusat pelestarian penyu yang terdiri dari rumah perlindung, bak pembesaran, tempat peneluran. Fasilitas pendukung tersebut berasal dari dana CSR Pertamina Foundation.Selain mendukung dalam bentuk fasilitas kelompok anak muda ini giat melakukan kampanye baik dimedia sosial juga ke masyarakat sekitar secara langsung. 

Kegiatan kedua kelompok ini mendapat respon baik dari masyarakat sekitar, hal itu terlihat dari partisipasi aktif dari masyarakat dalam kegiatan mulai dari monitoring hingga pelepasan tukik. Selain kedua kelompok diatas belakangan (beberapa bulan yang lalu, red) sebuah kelompok masyarakat dikampung Nanga Tangga mulai melakukan kegiatan yang sama yaitu Pokmaswas Tekaka Indah. Kelompok ini sejak 2017 silam terbentuk bersamaan dengan Pokmaswas Bangko Bersatu namun belum maksimal dalam kegiatan.

Pada tahun 2022 lalu, tercatat ada belasan sarang penyu yang telah diamankan oleh kelompk pelestari ini, lebih banyak dari hasil-hasil kegiatan sebelumnya. Ini bentuk keseriusan kelompok pelestari dan juga karena partisipasi aktif masyarakat untuk mendukung kegiatan ini.

Ketiga kelompok ini berharap kegiatan mereka menjadi perhatian dari semua pihak untuk sama-sama bergerak demi kemaslahatan bersma dimasa yang akan datang  “saya berharap, apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu bisa menghubungi saya dan tim yang tergabung dalam kelompok telurnya jangan diambil untuk dikonsumsi,” ucap ketua kelompok masyarakat pengawas Bangko Bersatu Bpk. Abdul Karim. 

Kegiatan pelestarian penyu yang dilakukan osebagai bentuk wujud dan bukti bahwa masih ada masyarakat yang peduli dengan lingkungan ditengah banyaknya kasus-kasus perusakan lingkungan yang marak terjadi belakangan ini dan masih dengan hal yang sama terjadi pemerintah masih "jual mahal" untuk membantu kegiatan ini. Ketiga kelompok ini berkomitmen untuk mewujudkan Desa Nanga Bere sebagai salah satu daerah percontohan untuk proses pelestarian penyu di Indonesia. Sejauh ini kegiatan tersebut belum mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah. Kelompok pelestari ini mengharapkan dukungan dan perhatian pemerintah dalam kegiatan mereka seperti peningkatan SDM dan bantuan untuk operasional. 

Status penyu di Indonesia 

Indonesia merupakan rumah bagi enam spesies penyu dari tujuh spesies yang ada di dunia saat ini. Enam jenis tersebut adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus), dan penyu tempayan (Caretta caretta).

Di Indonesia sendiri penyu dilindungi oleh Undang-undang karena keberadaannya diambang kepunahan. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, telah memasukkan semua jenis penyu tersebut berstatus dilindungi. Artinya, segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati, maupun bagian tubuhnya, dilarang.

Penyu berperan sebagai penyeimbang ekosistem di laut. Ketika mengarungi lautan dengan jarak tempuh yang amat jauh, penyu menyebar nutrisi melalui kotorannya. Kotoran inilah yang menjadi pupuk atau makanan untuk hewan dan tumbuhan laut lainnya. Beberapa jenis penyu memakan terumbu karang yang tidak sehat. Terumbu karang ini pun akan menjadi sehat kembali sehingga bisa tumbuh menjadi habitat oleh ikan-ikan. Selian itu, untuk diketahui penyu sangat berpengaruh untuk menjaga rantai makanan di laut. Menyelamatkan penyu, secara tidak langsung membatasi adanya ubur-ubur yang di laut. Ubur-ubur memakan bibit ikan. Dengan banyaknya penyu yang hidup berdampak pada melimpahnya hasil tangkapan nelayan dan tentunya untuk kita semua.

Nanga Bere pusat edukasi dan tempat pelestarian penyu

Sejak 2021 silam, Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (Ippk) giat melakukan kampanye dimedia sosial serta mengikuti berbagai kegiatan untuk mendapatkan dana dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan Beo Lejong Penyu Sebagai pusat edukasi dan tempat pelestarian penyu untuk Kabupaten Manggarai Barat. Hal tersebut mulai terwujud dengan hadirnya pihak PT. Pelindo cabang Labuan Bajo ke tempat tersebut. Perusahaan tersebut memberi dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ke Desa Nanga Bere untuk mendukung kegiatan pelestarian penyu dengan menghadirkan fasilitas dan sarana pendukung kegiatan.

Saat ini rumah pusat edukasi sedang dikerjakan yang nantikan akan dimanfaatkan sebagai tempat belajar dan bermain serta melihat proses pelestarian penyu yang di lakukan di Beo Lejong Penyu. 

Komentar

Postingan Populer