Dalam Rangka menyambut Hari Penyu Sedunia Beo Lejong Penyu Manggarai Barat melepasliarkan ratusan Tukik ke Laut Sawu
Rangabalignisarbersuara.blogspot.com
Desa Nanga Bere merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Lembor Selatan. Bagian selatan wilayah desa tersebut merupakan Kawasan konservasi Perairan Nasional atau dikenal dengan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. Di balik ketidakpopuleran tersebut, siapa sangka pantai-pantainya menjadi salah satu lokasi persinggahan penyu untuk bertelur.
Setiap tahunnya belasan hingga puluhan sarang telur ditemukan disekitar pantai. Sebelumnya, sejak dikenal sebagai daerah pendaratan penyu untuk bertelur, masyarakat mempunyai kebiasaan mengambil telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan secara bebas. Hal tersebut terjadi karena masyarakat belum menyadari dampak negatif dan status biota laut tersebut.
Sejak tahun 2017 kelompok Pokmaswas Bangko Bersatu kegiatan memulai kegiatan pelestarian penyu yang berjalan secara swadaya dan pada tahun 2021 Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) lahir mendukung tersebut. Kegiatan dimulai dengan monitoring jejak pendaratan penyu dipantai pada malam dan pagi hari, pemindahan telur ke penangkaran semi alami, pemantuan masa inkubasi 45-60 hari, pemindahan dan pemeliharaan telur di bak pembesaran, pelepasan tukik dan edukasi soal penyu secara online maupun offline.
Saat ini sudah memasuki musim penyu bertelur, untuk periode April-Juni 2023 kelompok pegiat konservasi telah mengamankan sebanyak 10 sarang dari pantai Kampung Bangko dan pantai Kampung Nanga Tangga (Bawe). Tiga (3) diantaranya telah menetas. Dalam rangka memperingati Hari Penyu Sedunia, Beo Lejong Penyu melepasliarkan ratusan (270) eko penyu abu-abu/Lekang (Lephidochelys olivacea) kelaut. Tukik tersebut hasil penetasan dari kegiatan monitoring (pengawasan, red) sepanjang pantai beberapa waktu lalu.
Kemarin Sabtu, 18 Juni 2023 puluhan orang memadati tempat pelestarian penyu yang terletak di Kampung Bangko untuk terlibat kegiatan pelepasan Tukik. Sebelum kegiatan pelepasan Tukik dilakukan lomba mewarnai dari siswa Mi Mujahidin Bangko. Dalam kegiatan ini hadir Kepala Desa Nanga Bere, pihak BKKPN wilker Manggarai, Kepala Desa Repi, teman dari Yayasan Dharma Bakti Astra(YDBA), Teman-teman dari Yayasan Bintari, para siswa dan masyarakat setempat. Kedatangan masyarakat karena rasa penasaran dengan kegiatan konservasi penyu yang dilakukan oleh Kelompok tersebut.
Sebelum kegiatan pelepasan Tukik dipantai Tim IPPK memberi penjelasan dasar tentang seputar kegiatan pelestarian penyu dan tentang kehidupan penyu kepada partisipan yang hadir. Sejak terbentuk kelompok ini kegiatan eksploitasi penyu mulai hilang, kini masyarakat beralih menjadi pelestari penyu. Beberapa masyarakat mulai aktif terlibat dalam proses pelestarian penyu, hal itu terlihat dari aktifnya mereka terlibat dalam kegiatan mulai dari monitoring hingga pelepasan tukik.
Untuk diketahui penyu merupakan salah satu binatang purba yang masih bertahan hingga kini. Penyu dianggap sebagai fosil hidup yang telah berevolusi, sampai saat ini hanya 7 jenis penyu yang bertahan hidup dari 30 jenis penyu yang ada di zaman purba. Sebanyak 6 jenis diantaranya dapat dijumpai di perairan Indonesia yaitu penyu Hijau (Chelonia mydas), penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), penyu Abu-abu/Lekang (Lephidochelys olivacea), Penyu Pipih (Natator depressus), penyu Belimbing (Dermochely coriacea) dan penyu Tempayan (Caretta caretta).
Jenis penyu yang sering ditemukan mendarat untuk bertelur dipantai Kampung Bangko yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Pipih (Natator depressus), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan Penyu abu-abu (Lephidochelys olivacea).
Beberapa penyu yang ada di Indonesia diambang kepunahan. Hal tersebut dikarenakan akibat maraknya perburuan liar, pencurian telur, predator dan kerusakan habitat. Kondisi tersebut akan mengancam populasi berbagai jenis penyu. Perburuan telur penyu dan penangkapan secara ilegal menjadi ancaman serius bagi satwa dilindungi itu. Oleh karenanya, berbagai upaya dilakukan seperti pelestarian yang dilakukan kelompok masyarakat Desa Nanga Bere untuk mencegah satwa langka itu dari ancaman kepunahan.
Ketua Kelompok Penggiat Konservasi Pokmaswas Bangko Bersatu Bapak Abdul Karim menyampaikan bahwa masyarakat diharapkan untuk terlibat aktif untuk terlibat dalam kegiatan. Hasil monitoring selanjutnya mereka membuat penangkaran untuk selanjutnya hasil tangkarannya dilepasliarkan ke habitatnya. Dengan cara ini diharapkan dapat menghindarkan penyu dari ancaman kepunahan. Sebelumnya masih sangat sering menemukan telur penyu beredar dipasar dan diperjualbelikan. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan komunitas ini mampu mengedukasi masyarakat sekitar terkait satwa dilindungi, khususnya penyu, tuturnya.
Selain itu, mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa dilindungi itu dengan menghentikan penangkapan penyu secara ilegal dan mencegah perburuan telur penyu.
Untuk diketahui bahwa, Penyu terancam punah secara alami karena dimangsa oleh predator seperti biawak, tikus, babi hutan, burung elang, ada juga beberapa jenis ikan yang senang memangsa anak-anak penyu (tukik) yang melintas di depanya, sedangkan untuk ancaman pelestariannya yaitu aktivitas manusia yang masih sering memanfatkan penyu dan merusak habitat hidupnya.
Karena terancam punah, maka semua jenis penyu sudah dilindungi secara nasional dan internasional, di Indonesia sendiri telah mengeluarkan aturan yang jelas mengenai perlindungan penyu melalui Undang - Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati, dan Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 526/MEN-KP/VIII/2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh dan/atau Produk Turunannya.
Pokmaswas Bangko Bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) berkomitmen untuk mewujudkan Kampung Bangko Desa Nanga Bere menuju salah satu daerah percontohan untuk proses pelestarian penyu di Indonesia.
Komentar