Legenda Batu Sampan diatas bukit tigaratus Mdpl di Manggarai Barat

Fosil Watu Sampan

Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu memang dikenal sebagai pelaut yang hebat dan tangguh. Tidak mengherankan banyak jenis kapal tradisional yang dimiliki bangsa ini. Ada banyak sekali bukti yang menunjukan bahwa kebudayaan maritim nusantara telah berlangsung sangat lama. Hal ini seperti membuktikan lirik lagu yang cukup terkenal pada masa kanak-kanak, “nenek moyangku seorang pelaut”.

Hal ini bisa terlihat dari ragam kapal tradisional dari Sabang sampai Merauke. Selain itu Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas, merupakan 'ladang emas' bagi para nelayan/pelaut. Setiap daerah pun memiliki kapal tradisional dengan ciri khas tersendiri. Namun kapal-kapal ini juga cukup tangguh saat harus berlayar ke samudera yang luas. Di masa lalu, banyak sekali orang dari nusantara (belum bernama Indonesia) yang mengarungi lautan dan singgah ke banyak negeri di dunia. Salah satu bukti dari kehebatan mereka di masa lalu adalah adanya perahu kuno yang dibuat dan digunakan untuk mengarungi dunia.

Bicara tentang nenek moyang sebagai pelaut handal dan tangguh, disisi selatan destinasi super premium Labuan Bajo terdapat legenda tentang sebuah perahu yang telah membatu pada sebuah bukit. Lokasinya di kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabuapten manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat Situs yang dipercaya sebagai Kapal Karam yang telah menjadi batu. Masyarakat setempat menyebutnya Watu Sampan, yang jika diartikan sebagai Batu Sampan. Sebuan Watu Sampan ini menjadi cikal bakal nama bukit yang menjadi lokasi batu tersebut berada.

Masyarakat menyebutnya Golo Watu Sampan yang jika diartikan sebagai Bukit Batu Sampan. Tidak ada kisah tertulis mengenai sejarah Watu Sampan tersebut, namun dalam bentuk lisan yang terus diwariskan secara turun temurun oleh para tetua setempat. Menurut cerita yang diwariskan bahwa lokasi Batu sampan atau Golo Watu Sampan ini dulunya adalah sebuah pantai yang indah. 

Panorama Bukit Watu Sampan

Nenek moyang dahulunya menggunakan kapal atau Sampan tersebut datang ditanah Nisar dan singgah ditempat tersebut. Pada suatu saat ketika mereka hendak melaut tiba-tiba air laut surut jauh ke selatan. Pantai yang indah tersebut berubah menjadi sebuah bukit yang indah dan lambat laun Sampan yang karam tersebut berubah menjadi batu. Kalau dilihat dari sejarah Indonesia bahwa nenek moyang kita adalah pelaut. Cerita legenda memang sulit diterima akal sehat, mengingat kondisi sekarang tempat tersebut berjarak jauh dari garis pantai.

Selain Sampan tersebut sebagai kapal induk dengan ukuran sekitar 3 meter x 1 meter terdapat Sampan dalam ukuran kecil. Selain itu terdapat sebuah batu yang menyerupai sebuah tempat duduk yaitu kursi panjang dengan ukuran mencukupi tiga orang. Konon Batu kursi ini dipercaya sebagai salah satu perabotan atau peralatan Sampan tersebut.

Terlepas dari cerita legenda itu, Golo Watu Sampan itu disiapkan oleh masyarakat setempat sebagai objek wisata. Bukan tanpa alasan. Posisi bukti ini sangat menakjubkan. Bila mata memandang ke selatan akan disuguhkan dengan pemandangan birunya Laut Sawu. Mata semakin manja bila melihat nyala lampu kapal melintas mengarungi lautan di malam hari.

Fosil sampan yang membatu

Bila melihat ke utara mata disuguhkan dengan hijaunya hutan rimba Poco Dedeng. Seakan menyimpan harapan yang tak pernah habis. Pagi hari disuguhkan dengan sunrise (matahari terbit) yang memukau. Matahari seakan disorot dari atas bukti itu dan memancarkan cahaya ke semua anak kampung di Nisar sebutan lama dari Desa Nanga Bere.  Sore hari disuguhkan dengan sunset (matahari terbenam).

Suasana yang asri dengan udara sejuk akan membuat pikiran dan hati kembali segar. Panorama alamnya pun bikin sulit berpaling. Mengingat salah satu venomena yang menarik terjadi belakangan ini (beberapa waktu sebelumnya) khususnya di Kabupaten Manggarai Barat, yakni fenomena demam bukit Teletubbies. Di beberapa daerah di Indonesia menamakan beberapa bukti dengan sebutan Teletubbies. Entah apa yang melatar belakangi penamaan itu, tapi yang pasti tujuannya untuk memikat para wisatawan berkunjung (lokal maupun nasional).

Fosil kursi yang membatu

Penamaan Teletabis menjadi kontroversi lantaran ada yang berpendapat hal tersebut telah menodai dan mencederai kearifan lokal setempat. Namun hal tersebut telah menjadi asupan energi untuk daerah lain untuk mencoba memperkenalkan keindahan alam, budaya, sejarah dan karya manusia (buatan). Jika dikaitan dengan demama Teletabis tadi, maka Golo Watu Sampan merupakan Teletabis Lembor Selatan. 

Bagi warga setempat objek Golo Watu Sampan merupakan salah satu potensi masa depan. Selain memiliki cerita yang sudah melegenda juga menyimpan keeksotisan yang tiada tara. Untuk mencapai mimpi itu, saat ini masyarakat setempat sedang merancang untuk melakukan pengelolaan skala lokal.Semoga suatu saat bisa dikembangkan untuk dijadikan salah satu daerah tujuan wisata.

Komentar

Postingan Populer