Penangkaran sederhana Pokmaswas Bangko Bersatu berhasil tetaskan 60 Ekor Tukik hari ini (total 739Tukik)
60 ekor tukik yang menetas pagi ini
Rangabalignisarbersuara.blogspot.com Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 di sepanjang ekuator dan lebih dari 360 juta hektar area laut dan merupakan lokasi yang baik bagi pertumbuhan terumbu karang, rumput laut dan keanekaragaman hayati termasuk penyu laut (Limpus dan McLachian, 1996).
Penyu merupakan salah satu hewan reptil yang dapat bermigrasi jarak jauh di sepanjang kawasan i Hindia, Samudera Pasifik dan Asia Tenggara. Tujuan migrasi penyu adalah untuk kawin, mencari lokasi bertelur (breeding ground) maupun untuk mencari makan (Akira et al., 2012).
Penyu memiliki peran penting dalam memelihara keseimbangan ekosistem laut mulai dari memelihara ekosistem terumbu karang produktif hingga mentransfer nutrien-nutrien penting yang berasal dari lautan menuju pesisir pantai (Kurniarum et al., 2015). Selain memiliki peran untuk memelihara keseimbangan ekosistem, penyu juga dimanfaatkan sebagai penunjang kebutuhan ekonomi dan budaya oleh masyarakat pesisir seluruh Indonesia.
Kelestarian penyu di Indonesia juga mengalami ancaman yang cukup serius dan mengkhawatirkan, terutama disebabkan karena pengambilan telur untuk perdagangan, penangkapan indukan penyu dan kematian penyu yang disebabkan secara sengaja dalam kegiatan penangkapan ikan. Pemanfaatan penyu yang tinggi oleh manusia menyebabkan populasi penyu mengalami penurunan.
Disamping pengaruh manusia, faktor alam juga mengancam keberadaan penyu seperti predator, penyakit dan perubahan iklim. Akibat hal tersebut Penyu termasuk hewan yang terancam hampir punah menurut Daftar Merah yang dikeluarkan oleh Serikat Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Appendiks I, Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Enam dari tujuh spesies penyu di dunia berada di perairan Indonesia. Jenis penyu yang ada di Indonesia adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Pipih (Natator depressus) dan Penyu Tempayan (Caretta caretta).
Semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Secara internasional, penyu masuk ke dalam daftar merah (red list) di IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius.
Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah punahnya habitat penyu, mencegah adanya pemanfaatan penyu demi kepentingan komersial seperti penjualan telur, daging, maupun cangkang dan dapat menjadi sarana berbagi ilmu atau edukasi kepada masyarakat secara luas tentang pentingnya konservasi penyu demi menjaga habitat penyu di Indonesia agar tidak punah (Ario et al., 2016).
Konservasi penyu sendiri yaitu kegiatan untuk melestarikan, melindungi maupun menjaga kelangsungan hidup penyu. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui penangkaran penyu, serta mengawasi agar tidak ada lagi pihak atau oknum yang memperdagangkan dan mengeksploitasi penyu untuk di manfaatkan untuk kepentingan pribadi. Konservasi penyu di Indonesia bertujuan untuk melindungi, melestarikan, dan menjaga agar penyu tetap hidup dan terus berkembang biak.
Penyu sebagai hewan yang langkah atau hampir punah yang membutuhkan upaya besar untuk dilindungi dan dilestarikan. Konservasi penyu dilakukan mengingat akan banyaknya kasus perdagangan penyu secara ilegal yang terjadi di mana-mana, sehingga pentingnya konservasi terutama untuk melindungi penyu dari perdagangan maupun rusaknya alam dan tempat hidup penyu. Konservasi penyu di Indonesia saat ini sudah mulai diterapkan.
Sudah banyak didirikannya pusat konservasi penyu di Indonesia tetapi lebih kepada pendidikan yaitu menunjukan penyu-penyu yang sedang sakit dan yang perlu diselamatkan. Khususnya di daerah-daerah terpencil karena penyu merupakan hewan yang langkah, sering bermigrasi sehingga ada banyak tantangan untuk dilakukannya konservasi.
Hal yang sama dilakukan oleh salah satu kelompok masyarakat disisi selatan sekitar 140 km dari Labuan Bajo, Ibu kota Kabupaten Manggarai Barat yaitu sekitar Gerakan konservasi penyu (Chelonioidea) sejak tahun 2017 hingga hari ini. Kegiaran pelestarian penyu menjadi rutinitas keseharian sejumlah warga yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sejak tahun 2017, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Sawu membentuk Kelompok Konservasi di Nisar, Desa Nanga Bere dengan nama Pokmaswas Bangko Bersatu ini beranggotakan 15 orang masyarakat yang ada pada tiga (3) anak Kampung, yakni Kampung Bangko, Nanga Tangga dan Wae Raja. Sejak pembentukan Pokmaswas Bangko Bersatu menjadi kelompok yang aktif melakukan kegiatan, misalnya penanaman anakan Bakau (kayu Bangko) dipelabuhan, penanaman kayu Kedondo (bahasa lokal) dan pelestarian penyu.
Untuk diketahui bahwa, sepanjang pantai Nisar (Desa Nanga Bere) kerap disinggahi penyu untuk bertelur. Sebelumnya masyarakat mempunyai kebiasaan mengambil telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan secara bebas dipasar Lembor. Namun sejak terbentuknya Pokmaswas Bangko Bersatu (sejak 2017) kegiatan eksploitasi ini mulai berkurang dan bahkan hilang (tidak ada lagi).
Hasil wawancara dengan ketua Pokmaswas Bangko Bersatu menyatakan bahwa dari data monitoring sebelumnya diketahui adanya 679 Tukik berhasil dilepasliarkan pada pantai Bangko (Kampung Bangko) yaitu merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. Kegiatan yang dilakukan Pokmaswas Bangko Bersatu saat musim peneluran yaitu mmonitoring penyu disekitar kawasan Nanga Bangko.
Telur penyu yang didapat dari hasil monitoring berkisar antara 50-115 butir telur tergantung dari berapa banyak telur yang dihasilkan penyu yang bertelur. Penanaman telur penyu Sarang semi alami sebisa mungkin menyerupai situasi dan mikrohabitat sarang aslinya. Masing-masing sarang semi alami perlu diberi jarak kurang lebih 30 cm untuk mengindari hal-hal yang berpengaruh pada telur penyu.
Penanaman telur penyu kedalam sarang semi alami dan ditanam dengan kedalaman kurang lebih 30-40 cm dari permukaan. Telur yang ditanam berkisar antara 45-65 hari untuk para tukik menetas (lamanya proses penetasan dipengaruhi oleh cuaca). Setiap sarang ditandai sesuai dengan data pencatatan yang ada seperti jumlah telur, tanggal penanaman telur, tanggal penetasan telur dan lokasi telur yang telah diambil.
selanjutnya mereka membuat penangkaran sederhana dari kayu yang berserakan dipantai untuk selanjutnya hasil tangkarannya dilepasliarkan ke habitatnya. Pelepasan tukik Tukik langsung dilakukan ke pantai supaya insting dari penyu tersebut tidak hilang. Dengan cara ini diharapkan dapat menghindarkan penyu dari ancaman kepunahan.
Selain itu, mereka giat melakukan sosialisasi (edukasi) kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa dilindungi itu dengan menghentikan penangkapan penyu secara ilegal dan mencegah perburuan telur penyu. Dalam beberapa kegiatan mereka kerap mengajak masyarakat dan orang muda untuk terlibat dalam kegiatan monitoring ataupun pelepasan tukik.
Terbaru pada (5/2/2022) tercatat Pemuda dan Pokmaswas Bangko Bersatu Desa Nanga Bere kembali selamatkan telur Penyu dikampung Bangko. Abdul Kabiran (salah satu warga Kampung Bangko) dan Anggota Pokmaswas Bangko Bersatu menyelamatkan satu (1) sarang telur dari pantai sekitar dan memindahkan telur ke penangkaran semi alami yang telah disiapkan sebelumnya. Sebanyak 93 butir telur diselamatkan. Orang Muda dan Pokmaswas Bangko Bersatu kembali selamatkan telur Penyu
Hari ini (6/4/2022) telur yang telah diselamatkan dua (2) bulan lalu menetas dipenangkaran. Sebanyak 60 tukik berhasil mentas dan sebagian berhasil keluar (kabur) dari penangkaran dan berjalan menuju laut. Terpantau sebagian telur gagal menetas. Rencananya tukik yang berhasil menetas akan kembali dilepasliarkan kelaut. Untuk diketahui sejauh ini total tukik yang menetas dari hasil kegiatan pelestarian Pokmaswas Bangko Bersatu sebanyak 739 Ekor.
Semoga kegiatan pelestaraian penyu terus digalakan diseluruh Nusantara, agar anak cucu kita bisa melihat dan merasakan manfaat adanya penyu dilautan. Salam Konservasi.
Komentar