Labuan Bajo aspal berlapis, di pelosok Manggarai Barat mencium bau aspal saja tidak pernah khusus beberapa Desa di Kec. Lembor Selatan

Kondisi jalan dalam wilayah Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan 

Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Kesenjangan dalam pembangunan telah lama menjadi isu penting di Indonesia. Perbedaan perkembangan antardaerah itu menyebabkan terjadinya kesenjangan kesejahteraan dan kemajuan suatu daerah. salah satu kasusnya yaitu Labuan Bajo aspal berlapis, di pelosok Manggarai Barat mencium bau aspal saja tidak pernah khusus beberapa Desa di Kec. Lembor Selatan 

Kendati sudah banyak hasil-hasil pembangunan yang tidak dirasakan menyeluruh oleh setiap wilayah. Ketimpangan yang tinggi dapat membawa dampak buruk terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Penanggulangan ketimpangan pembangunan wilayah, antara lain dengan penyebaran pembangunan infrastruktur transportasi termasuk jalan. 

Desa Nanga Bere dan Desa Benteng Dewa berada di Lembor Selatan. Desa Benteng Dewa merupakan desa yang dilalui oleh pengendara jika ingin ke desa Nanga Bere. Kondisi infrastruktur jalan di dua desa ini masih jauh dari kata layak di gunakan/dilalui. Jalan berlubang dan bebatuan yang berserakan bukan menjadi pemandangan baru. Pengendara yang mengalami kecelakaan dan kendaraan rusak tak bisa dihitung jumlahnya. Setiap orang (pengendara) yang baru melintasi jalan di kedua desa ini pastinya mengisahkan hal yang memprihatinkan baik jatuh ataupun kendaraan mengalami kerusakan.

Para pengendara harus melintasi jalan seperti ini

Ketika memasuki wilayah Benteng Dewa para pengendara sudah diuji fisik maupun kendaraannya, karena akan langsung berhadapan dengan jalan bebatuan. Kata "diskotik jalan" sangat sesuai dengan kondisi jalan. Karena ketika memasuki kedua wilayah ini para pengendara seperti sedang berjoget.

Selain dari pada itu kondisi jalan penghubung antara kedua desa tersebut. Mari fokuskan pada desa Nanga Bere. Infrastruktur jalan antarkampung di Desa Nanga Bere Kecamatan Lembor selatan, Kabupaten Manggarai Barat,  sangat memperhatikan (hancur) dan sudah puluhan tahun tetap pada posisi tidak diperbaiki (belum beraspal). Kondisi ini yang membuat aktivitas warga di beberapa anak kampung di desa tersebut itu menjadi tidak efektif dan lambat. Karena belum juga diaspal, setiap musim hujan dan kemarau menimbulkan masalah bagi masyarakat umum dan pengendara.

Kondisi jalan dekat perbatasan antara Desa Benteng Dewa dan Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan

Pengendara yang menggunakan ruas jalan ini pada musim hujan akan menghadapi lumpur dan bebatuan yang berserakan dibadan jalan, berlubang, bahkan di sepanjang jalan ditemui banyak banyak genangan air dan kubangan lumpur yang menutupi badan jalan. Pengemudi kendaraan roda dua harus extra hati-hati. Kapan saja bisa terpeleset dan jatuh, bahkan bisa kehilangan nyawa akibat kecelakan tesebut.

Akibat kondisi jalan tersebut, membuat kendaraan warga mengalami kerusakan kala melintasi wilayah tersebut. Warga (pengendar) menuturkan hampir setiap bulan mereka harus melakukan perbaikan pada kendaraan mereka. Tak jarang kendaraan roda dua mengalami kerusakan seperti pada mesin kendaraan, karena terkena benturan pada bebatuan yang berserakan di jalan.

Dampak lain dari kondisi jalan  tersebut membuat anak sekolah yang ada diwilayah tersebut tidak bisa menggunakan sepatu. Mereka harus menetengnya menuju jalan ke sekolah. Selanjutnya pada musim kemarau terkena debu dijalan.

Desa Nanga Bere juga merupakan sebuah desa yang memiliki beberapa kali mati yang menjadi pemisah antar kampung. Kali Wae Mese merupakan yang terbesar dengan lebar sekitar 70an meter yang dipengaruhi pasang surut dan banjir ketika musim penghujan. Kali besar ini menjadi pemisah antara kampung Bangko dan Kampung Nipa.

Melewati kali Wae Mese (wilayah Desa Nanga Bere)

Sehingga, sejumlah masyarakat desa yang akan melintas kali Wae Mese menggunakan kendaraan roda dua harus berjibaku melawan derasnya arus saat guyuran hujan deras. Masyarakat mengatakan orang-orang yang menggunakan motor terkadang knalpot kemasukan air atau terjadi kerusakan setelah melintasi sungai.

Arus sungai yang besar di kala musim hujan menimbulkan rasa khawatir bagi warga Desa Nanga Bere, Kabupaten Manggarai Barat. Para penyeberang sungai bisa saja terpeleset batu-batu yang licin dan hanyut terbawa arus.

Dengan kondisi alam yang semacam itu, tentu saja masyarakat membutuhkan sarana untuk menghubungkan kedua wilayah yang terpisah. 

Mesin motor pecah terkena benturan batu dijalan

Masyarakat berharap  pemerintah  daerah (Pemda) untuk bergerak cepat mengatasi masalah ini. Permasalahan ini sudah menjadi konsumsi masyarakat dan para kandidat yang menabur janji kampanye kala mencalonkan diri dan mengunjungi wilayah tersebut. Indonesia akan memasuki 76  tahun hari ulang tahun kemerdekaan permasalahan ini belum bisa diatasi. Pemerintah diharapkan  dapat membangun fasilitas penunjang kegiatan masyarakat misalnya jembatan gantung.

"Jembatan gantung saja sudah sangat membantu masyarakat Desa Nanga Bere". Tutur salah satu warga pada Senin (08/03/2021). 

Hal ini juga merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan akses penghubung antar Desa sekaligus memberikan dorongan terhadap perkembangan ekonomi Masyarakat.

Akibat belum ada perhatian pemerintah mengakibatkan berbagi aktivitas masyarakat mengalami keterlambatan (gangguan) seperti untuk ke fasilitas kesehatan, untuk ke sekolah, dan sulitnya medan membuat pemasaran hasil pertanian terkendala.

 Kondisi jalan juga semakin hari semakin memprihatinkan dan dengan kondisi cuaca saat ini, keadaannya semakin mengancam jatuhnya korban jiwa.

Komentar

Wisata labuan bajo mengatakan…
Semoga pemerintah yg baru ini tak menutup matanya..untuk membuka jalan di desa ini..

Postingan Populer