Pelestarian penyu yang minim perhatian pemerintah (Swadaya) di kampung Bangko Desa Nanga Bere

Proses penanaman telur dipenangkaran semi alami oleh Pokmasawas Bangko Bersatu

Rangabalignisarbersuara.blogspot.com Kampung  Bangko merupakan salah satu kampung dipulau Flores yang mengusahakan kegiatan pelestarian penyu. Daerah pantainya kerap disinggahi beberapa jenis penyu untuk bertelur. Untk diketaui populasi penyu yang merupan salah satu spesies purba mengalami penurunan setip tahunnya. Salah satu alasannya adalah masih maraknya masyarakat mengambil telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjalbelikan.

Kegiatan eksploitasi penyu juga sebelumnya (sebelum tahun 2017) kerap terjadi dikampung Bangko Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Kegiatan ekploitasi ini dilakukan masyarakat lantaran kurangnya informasi yang diperoleh. Pemerintah telah menetapkan penyu sebagai salah satu spesies yang dilindungi sejak beberapa puluh tahun silam.

Semua jenis penyu di Indonesia (6 jenis) diberikan status dilindungi oleh Negara sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang ‘’pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa”. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia.

Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur. Kampung Bangko memiliki sebuah kelompok pelestarian penyu yaitu Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu yang dibentuk saat penggalian draft pada tahun 2012 silam. Penggalian draft ini dilkukan oleh masyarakat dan LSM Yayasan Komodo Lestari (Yakines) sebagai perwakilan dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang dalam upaya mendukung keberadaan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu (Kepmmen KP NO.KEP.38/MEN/2009 tanggal 8 Mei 2009).

Keberadaan Pokmaswas Bangko Bersatu diperkuat keberadaanya berdasarkan SK Dinas perikanan dan kelautan Manggarai Barat (Nomor DKP/400/VIII/2016). Sejak tahun 2017 masyarakat yang telah tergabung dalam Pokmaswas Bangko Bersatu aktif melakukan kegiatan monitoring jejak pendaratan penyu  disepanjang pantai Kampung Bangko. Hasil kegiatan monitoring telur penyu dipindahkan ke penangkaran semi alami yang dibuat untuk mengamankan telur dari predator yang berkeliaran dipantai. Telur ditanam selama 45-60 hari (tergantung cuaca), setelah menetas tukik langsung dilepasliarkan kepantai kampung Bangko yang menjadi bagian dari TNP Laut Sawu. Sejauh ini sudah sebanyak 739 Tukik yang berhasil dilepasliarkan.

Bukan perkara muda mengubah kebiasan masyarakat yang melakukan kegiatan ekploitasi penyu (sebelumnya), namun dengan berbagai upaya yang dilakukan hingga kini beberapa masayrakat terlibat aktif dalam proses pelestarian penyu. Hal ini menandakan keberadaan Pokmaswas Bangko Bersatu telah mengubah kebiasan masyarakat dari kegiatan eksploitasi menjadi pelestari penyu. Kegiatan pelestarian yang dilakukan Pokmaswas Bangko Bersatu dilakukan secara swadaya (tanpa bantuan dari kelompok/instansi lain)

Abdul Karim sebagai ketua Pokmaswas Bangko Bersatu berharap kegiatan pelesatarian penyu dikampung Bangko menjadi salah satu atraksi wisata yang dapat mendukung keberadaan Labuan Bajo sebagai destinasi super premium. Memang disadari bahwa masih minimnya infrastruktur pendukung menjadi salah satu kendala yang dihadapi untuk mencapai cita-cita tersebut.

Melihat semangat Pokmaswas Bangko Bersatu, sebuah kelompok orang muda membantu memperkenalkan kegiatan pelestarian penyu ini ke masyarakat luas lewat platform media sosial. Selain itu terus membantu memberikan edukasi dan melibatkan diri dalam proses monitoring penyu bersama Pokmaswas Bangko Bsersatu. Kelompok orang muda ini dengan nama Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) saat ini sedang membangun demplot permanen untuk mendukung kegiatan pelestarian penyu. Fasilitas yang dibangun yaitu Bak pembesaran ukuran 6x2 meter, tempat peneluran 8x3, pengadaan buku penunjang kegiatan pelestarian (perpustakan mini), dan rumah 6x6 meter ntuk melindungi bak dan perpustakan mini. Bantuan failitas ini bersumber dari dana CSR Pertamina Faundation.

IPPK berharap kehadiran fasilitas ini dapat menjadi salah satu motivasi anggota Pokmaswas dan masyarakat setempat untuk terus melakukan kegiatan pelestarian penyu, sehingga menjadikankan kampung Bangko sebagai salah satu kampung percontohan dalam kegiatan pelsatarian penyu di Indonesia.

Sejauh ini Pokmaswas Bangko Bersatu, IPPK dan masyarakat telah mengamankan 5 (lima) sarang telur ke penangkaran semi alami dalam periode bulan April-Mei 2022. Rencananya setelah menetas kita akan membuka waktu untuk teman-teman terlibat dengan menjadi orang tua angkat untuk tukik-tukik yang menetas (adopsi tukik). Dana yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung kegiatan pelestrian penyu dikampung Bangko.

Komentar

Postingan Populer