Toleransi antarumat di pelosok NTT
Potret pemasangan tiang Kapela St. Yosep Freinademetz Nisar |
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Di tengah hiruk pikuk politik identitas dan narasi kebencian yang marak belakangan, kehidupan di sebuah pedesaan di pelosok Nusa Tenggara Timur tidak terusik. Di kampung ini Muslim dan Kristen hidup berdampingan begitu dekat. Saat para pemeluk agama di banyak tempat mempermasalahkan keberadaan rumah ibadah umat agama lain serta melarang simbol dan kunjungan ke komunitas agama lain, masyarakat dengan keyakinan berbeda di kampung ini biasa saja melakukan gotong royong dalam pembangunan gereja dan masjid.
Salah satu kebiasaanya masyarakat pedesaan yaitu budaya goyong royong. Itulah juga yang dilakukan masyarakat desa kami Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai barat, Nusa Tenggara Timur. Gotong royong menjadi sebuah tradisi tanpa memandang tempat, orang ataupun keyakinannya.
Umat muslim ketika membangun rumah ibadah umat Nasrani bahu membahu membantu misalnya ikut terlibat dalam pengangkutan batu, pasir maupun dalam proses pengerjaan. Begitupun sebaliknya ketika pembangunan gereja umat muslim datang membantu lewat tenaga maupun dalam bentuk material. Contoh lain, ketika ada kegiatan syukuran umat Nasrani memanggil salah tetangga yang Muslim untuk menyembelih hewan. Definisi keragaman agama adalah kerukunan berbagai umat beragama meskipun masing-masingnya memiliki perbedaan kepercayaan. Kerukunan ini terus terjalin sejak lama, seperti ingin mengimplementasikan arti kalimat kerukunan umat beragama.
Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ke-Indonesiaa, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia juga memiliki keberagaman agama yaitu terdiri atas agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Selain itu terdapat banyak aliran kepercayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mendefinisikan keberagaman sebagai suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari suku bangsa, RAS, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial budaya dan ekonomi dan lainnya.
Bertoleransi dan menghormati sangat penting dilakukan karena keberagaman agama menjadi salah satu tantangan yang memungkinkan terjadinya miskomunikasi. Semboyan Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda tetapi satu jua” merupakan wujud dari pengakuan adanya keberagaman yang ada. Tentunya dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan Indonesia, dibutuhkan usaha dari semua pihak untuk saling bertoleransi dan menghormati satu sama lain.
Dibeberapa rumah di desa yang berada 107 Km dari pusat Labuan Bajo ini menemukan dalam satu (1) keluarga ada dua keyakinan didalamnya. Itulah pilihan hidup. Sebagai umat beragama kita tetap saling menghargai dan menghormati. Belum ada konflik yang menyudutkan salah satu keyakinan. Desa pesisir ini dengan mayoritas muslim tidak pernah saling bercekcok dengan kaum minoritas.
Hubungan persaudaraan Islam-Nasrani di desa yang berada disisi selatan Ibukota Manggarai Barat ini mengejawantah bukan saja dalam soal pendirian rumah ibadah. Dapat dilihat juga dalam perayaan hari besar mislnya ketika lebaran, kerukunan terlihat dengan saling berkunjung untuk silahturahmi.
Luar biasa bukan? Karena kita mahluk sosial, hidup membutuhkan orang lain.
Komentar