Hut RI ke 77 masyarakat Desa Nanga Bere lepasliarkan 422 ekor Tukik jenis Lekang ke TNP Laut sawu

Ratusan masyarakat ikut terlibat dalam proses pelepasan tukik kenlaut

Rangabalignisarbersuara.blogspot.com Bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 dan dalam rangka menyambut Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022 sekitar 422 ekor anak penyu atau tukik dilepasliarkan ke alam bebas. Ratusan Tukik tersebut merupakan hasil tangkar kelompok masyarakat pengawas Bangko Bersatu, Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) dan Pokmaswas Tekaka Indah. Sejauh ini total Tukik yang telah dilepasliarkan oleh Kelompok Masyarakat Pegiat Konservasi Penyu sebanyak 1.557 ekor.

Proses pelepasan Tukik dilakukan oleh kelompok pegiat Konservasi penyu Desa Nanga Bere yaitu Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK), Pokmaswas Bangko Bersatu, Pokmaswas Tekaka Indah, Masyarakat Desa Nanga Bere, Tim Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang wilker Manggarai dan Tim Balai Kawasan Sumber Daya Alam (BKSDA) NTT dan Pemerintah Desa disekitar Pantai Kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Rabu (17/8/2022) sore.

"Ini adalah cara kami untuk memeriahkan hari kemerdekaan dan media promosi ke masyarakat luas tentang kegiatan pelestarian penyu yang kami lakukan " kata Fadil Mubaraq (Bang Dil) ketua Ikatan Pemuda Peduli Konservasi sekaligus pengelola Beo Lejong Penyu (pusat pelestarian penyu) Kampung Bangko. Dia menjelaskan penyu yang dilepasliarkan berasal dari lima (5) sarang semi alami.

Lebih lanjut Ia mengatakan, Tukik yang dilepasliarkan di pantai Kampung Bangko itu merupakan jenis penyu Lekang. Selain itu kegiatan pelepasan Tukik kali ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya masyarakat Desa Nanga Bere akan pentingnya melestarikan lingkungan, menjaga biota dilindungi dan fungsi kawasan konservasi. Selain itu untuk mengkampanyekan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat disamping untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam. 

Kawasan pantai Desa Nanga Bere merupakan daerah potensial untuk proses pelestarian penyu hal itu dikarenakan karena pantai pada kawasan tersebut kerap disinggah  penyu untuk bertelur.

Untuk diketahui saat ini Desa Nanga Bere merupakan salah satu desa diwilayah Flores bagian Barat yang saat ini mengusahakan kegiatan pelestarian penyu khususnya di Kampung Bangko sejak 2017 silam. Hal tersebut dilakukan lantaran sejak dulu pesisir pantai kampung tersebut dikenal sebagai salah satu pantai yang kerap disinggahi penyu untuk bertelur. Namun masyarakat mempunyai kebiasaan mengambil telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan dipasar secara bebas. Hal itu didasari karena ketidaktahuan masyarakat akan dampak negatif dan status biota tersebut. 

Namun kebiasaan itu mulai hilang seiring berjalannya waktu dengan kehadiran kelompok masyarakat untuk mendukung keberadaan Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Salah satu kelompok yang mendedikasikan waktunya untuk kegiatan pelestarian penyu di Desa Nanga Bere khususnya kampung Bangko yaitu Pokmaswas Bangko Bersatu yang diketahui oleh Abdul Karim. 

Kelompok masyarakat tersebut melakukan kegiatan pengawasan dan menyelamatkan telur disekitar pantai untuk dipindahkan pada tempat yang aman yang kemudian disebut penangkaran semi alami. Penangkaran tersebut merupakan lokasi yang telah dibuatakan pengaman untuk menghindari telur dimangsa oleh predator. Pengaman terlur tersebut terbuat dari bambu yang berserakan dipantai. Hal tersebut dilakukan lantaran kolompok tersebut bekerja secara sukarela tanpa ada pihak yang membantu.

Kegiatan kelompok masyarakat ini mendapat perhatian dari beberapa anak muda untuk bergerak melakukan hal yang sama. Sejak tahun 2021 (akhir) lahirlah kelompok Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) yang diketahui oleh Fadil Mubaraq. Kelompok ini hadir mendukung keberadaan kelompok pelestari Penyu yang aktif berkegiatan sejak 2017 silam serta membantu mengkampanyekan kegiatanini secara luas ke masyarakat. Selain itu IPPK menghadirkan fasilitas pendukung kegiatan yaitu pusat pelestarian penyu yang terdiri dari rumah perlindung, bak pembesaran, tempat peneluran. Fasilitas pendukung tersebut berasal dari dana CSR Pertamina Foundation. 

Penanaman Mangrove 

Selain kegiatan pelepasan Tukik sebagai kegiatan puncak dilakukan beberapa kegiatan lainnya seperti Lomba mewarnai dan menggambar untuk siswa SD dan SMP, Lomba makan kerupuk, Tarik Tambang dan penanaman ratusan bibit mangrove didekat mulut muara.

Kegiatan dilakukan sejak pagi (pukul 10.00) hingga sore hari (pukul 17.00) yang dihadiri ratusan masyarakat dari beberapa anak kampung yang ada di Desa Nanga Bere. Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai yang gotong royong, Persatuan, edukatif dan memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77 tahun.

Beberapa kegiatan yang dilakukan mendapat respon positif dari masyarakat. Salah seorang warga yang hadir menyatakan "kegiatan yang dilakukan telah memberi warna baru untuk Desa kita, selama ini kita belum pernah merasakan atau mengikuti kegiatan serupa. Semoga ada kegiatan seperti ini lagi untuk memeriahkan dan memberi suasana kampung dan Desa kita".

Berharap kegiatan pelestarian penyu ini mendapat dukungan dari masyarakat luas dan perhatian pemerintah demi keberlanjutan kegiatan ini.

Komentar

Postingan Populer