Gendang Beci merupakan gendang tertua diwilayah Nanga Bere

Gendang Beci
Tertua ditanah Nisar peninggalan nenek moyang

Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi perubahan besar dalam semua aspek termasuk kualitas dan kuantitas dari musik itu sendiri, dari segi kualitas dan kuantitas sudah terlihat jelas didalam kehidupan nyata. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga, sangat pesat merubah tatanan sosial didalam masyarakat. Perubahan ini bisa dilihat dari ciri khas diri masyarakat itu mulai hilang dan seiring dengan perkembangan zaman kebudayaan juga ikut mengalami masa-masa transisi perubahan yang signifikan dalam tatanan kehidupan sehari-hari.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang mempengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia dan juga secara perlahan mempengaruhi pola tingkah laku, adat istiadat dan kesenian. Semua ini diakibatkan pesatnya pengaruh kebudayaan barat yang masuk kedalam masyarakat Indonesia, yang juga mengakibatkan perubahan sistem sosial dan adat istiadat serta kesenian bangsa Indonesia. Musik yang menjadi sorotan utama juga mendapat giliran dalam perubahan itu sehingga unsur alami atau unsur tradisional itu sendiri mulai terkikis oleh teknologi yang berkembang pesat. Salah satu lalat musik yang terkenal di Indonesia adalah Gendang yang memepunyai nilai lebih dari sekedar alat musik.

Gendang merupakan alat musik tradisional yang dimain dengan   cara   dipukul   seperti   halnya   perkusi.   Gendang   terbuat   dari   kayu   dengan   selaput (membran), dan gendang juga dibagi beberapa bagian, gendang kecil disebut rebana, gendang sedang dan besar disebut redap. Alat musik ini ternyata dimiliki oleh setiap daerahnya. Akan tetapi, namanya di setiap daerah berbeda-beda. Biasanya alat tersebut dimainkan dengan cara dipukul pada bagian kulit. Ada yang menggunakan tangan atau pun alat pemukul untuk memainkannya. Atau bisa juga dengan diketuk pada sisi kanan dan kiri dari gendang itu.

Alat musik ini dibuat dari kulit binatang yang diregangkan pada mulut tabung kayu dengan berbagai variasi bentuk dan ukuran. Setiap bangsa sejak Afrika sampai Asia Timur dan benua Amerika, dapat dikatakan memiliki gendang dengan bentuk, bunyi, kegunaan, dan nama tersendiri. Menurut sejarah, gendang sudah dimainkan di Cina sejak 3000 tahun yang lalu untuk ritual sembahyang atau dalam nyanyian, tarian, perang, penggembalaan hewan, tanda waktu, dan alarm. 

Pada suku-suku kuna gendang dipakai juga sebagai ritual tertentu atau untuk membangkitkan kegembiraan. Di nusantara gendang sudah dikenal sejak abad ke sembilan sebagai alat musik pokok untuk acara persilatan, rentak tari menari, dan penyambutan raja atau tamu terhormat yang pada pokoknya untuk memeriahkan suasana perayaan. Dalam peri kehidupan Melayu, gendang dikaitkan pula dengan keinginan dan kesenangan yang dicerminkan dalam pepatah atau perumpamaan.

Penyebutan gendang dengan berbagai nama dalam sejarah alat musik gendang menunjukan adanya   berbagai   macam   bentuk,   ukuran   juga   bahan   yang   digunakan.   Seperti   gendang berukuran kecil yang ditemukan dalam arca yang dilukiskan sedang dipegang oleh Dewa, gendang tersebut dikenal Damaru. Dalam relief-relief candi dapat dilihat bukti keberadaandan   keanekaragaman   gendang.   Seperti   di   Candi   Borobudur,  dilukiskan   bermacam-macam bentuk   gendang,   silndris   langsing,   bentuk   tong   asimetris,   dan   bentuk   kerucut.   Kemudian dalam sejarah alat musik gendang juga ditemukan dalam candi-candi yang lainnya seperti di Candi Siwa di Prambanan, Candi Tegawangi dan juga Candi Panataran.

Sejarah alat musik gendang berlanjut, Jaap Kunst menyatakan ada kesamaan antara sumber tertulis di Jawa Kuno dengan sumber tertulis di India. Dan hal ini membuktikan bahwa telah terjadi kontak budaya antara keduanya dalam bidang seni. Namun,dalam sejarah alat musik gendang, tidak dapat disimpulkan bahwa gendang Jawa mempunyai pengaruh dari India. Ini karena jenis alat musik membranofon ini diperkirakan sudah ada sebelum adanya kontak budaya dengan India. Seperti di zaman Perunggu telah dikenal adanya “Moko” dan “Nekara”,dan Nekara di zaman tersebut digunakan sebagai genderang.

Pusaka

Gendang selain alat musik juga mempunyai nilai lebih dari itu. Di beberapa tempat seperti desa adat, gendang pun dianggap sebagai pusaka. Sebagai pusaka, gendang dipercaya mengandung nilai dan sejarah tertentu bagi masyarakat setempat. Pada beberapa wilayah lain, gendang sering digunakan sebagai alat mas kawin, bahkan alat pembayaran.

Daratan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpan banyak warisan budaya, salah satunya desa atau kampung adat. Salah satu kampung adat tertua di sana ialah Kampung Adat Todo, di Kecamatan Satarmase, Manggarai, NTT. Selain keunikan bangunan dan kebudayaannya, kampung adat ini terkenal dengan salah satu pusaka khasnya, yaitu gendang. Gendang di sini bukan sembarang gendang biasa, tetapi terbuat dari kulit manusia.

Nisar, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat juga mempunyai sebuah Gendang bersejarah, tepatnya masyarakat Batu Tado. Gendang tersebut oleh masyarakat setempat menyebutnya Gendang Beci (Besi). Gendang Beci ini dipercaya merupakan gendang pertama yang dibawah oleh nenek moyang Batu Tado pada wilayah Nisar. Gendang yang sudah berumur tersebut nampak tidak terawat dibukitikan dengan berkaratnya badan gendang tersebut. Gendang tersebut merupakan salah satu benda bukti bersejarah yang ditinggalkan atau diwariskan oleh para leluhur. Gendang ini punya sejarah dan perjalanan panjang untuk masyarakat setempat dan menjadi bagian dari sejarah Kampung Nisar (kampung lama).

Itulah Indonesia kaya!!!!!

Komentar

Postingan Populer