Gendang Beci merupakan gendang tertua diwilayah Nanga Bere
Gendang Beci Tertua ditanah Nisar peninggalan nenek moyang |
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini yang mempengaruhi kebudayaan bangsa
Indonesia dan juga secara perlahan mempengaruhi pola tingkah laku, adat
istiadat dan kesenian. Semua ini diakibatkan pesatnya pengaruh kebudayaan barat
yang masuk kedalam masyarakat Indonesia, yang juga mengakibatkan perubahan
sistem sosial dan adat istiadat serta kesenian bangsa Indonesia. Musik yang
menjadi sorotan utama juga mendapat giliran dalam perubahan itu sehingga unsur
alami atau unsur tradisional itu sendiri mulai terkikis oleh teknologi yang
berkembang pesat. Salah satu lalat musik yang terkenal di Indonesia adalah Gendang yang memepunyai nilai lebih dari sekedar alat musik.
Gendang merupakan alat
musik tradisional yang dimain dengan
cara dipukul seperti
halnya perkusi. Gendang
terbuat dari kayu
dengan selaput (membran), dan
gendang juga dibagi beberapa bagian, gendang kecil disebut rebana, gendang
sedang dan besar disebut redap. Alat musik ini ternyata dimiliki oleh setiap
daerahnya. Akan tetapi, namanya di setiap daerah berbeda-beda. Biasanya alat
tersebut dimainkan dengan cara dipukul pada bagian kulit. Ada yang menggunakan
tangan atau pun alat pemukul untuk memainkannya. Atau bisa juga dengan diketuk
pada sisi kanan dan kiri dari gendang itu.
Alat musik ini dibuat
dari kulit binatang yang diregangkan pada mulut tabung kayu dengan berbagai
variasi bentuk dan ukuran. Setiap bangsa sejak Afrika sampai Asia Timur dan
benua Amerika, dapat dikatakan memiliki gendang dengan bentuk, bunyi, kegunaan,
dan nama tersendiri. Menurut sejarah, gendang sudah dimainkan di Cina sejak
3000 tahun yang lalu untuk ritual sembahyang atau dalam nyanyian, tarian,
perang, penggembalaan hewan, tanda waktu, dan alarm.
Pada suku-suku kuna
gendang dipakai juga sebagai ritual tertentu atau untuk membangkitkan
kegembiraan. Di nusantara gendang sudah dikenal sejak abad ke sembilan sebagai
alat musik pokok untuk acara persilatan, rentak tari menari, dan penyambutan
raja atau tamu terhormat yang pada pokoknya untuk memeriahkan suasana perayaan.
Dalam peri kehidupan Melayu, gendang dikaitkan pula dengan keinginan dan
kesenangan yang dicerminkan dalam pepatah atau perumpamaan.
Penyebutan gendang
dengan berbagai nama dalam sejarah alat musik gendang menunjukan adanya berbagai
macam bentuk, ukuran
juga bahan yang digunakan.
Seperti gendang berukuran kecil
yang ditemukan dalam arca yang dilukiskan sedang dipegang oleh Dewa, gendang
tersebut dikenal Damaru. Dalam relief-relief candi dapat dilihat bukti
keberadaandan keanekaragaman gendang.
Seperti di Candi
Borobudur, dilukiskan bermacam-macam bentuk gendang,
silndris langsing, bentuk
tong asimetris, dan
bentuk kerucut. Kemudian dalam sejarah alat musik gendang
juga ditemukan dalam candi-candi yang lainnya seperti di Candi Siwa di Prambanan,
Candi Tegawangi dan juga Candi Panataran.
Sejarah alat musik
gendang berlanjut, Jaap Kunst menyatakan ada kesamaan antara sumber tertulis di
Jawa Kuno dengan sumber tertulis di India. Dan hal ini membuktikan bahwa telah terjadi
kontak budaya antara keduanya dalam bidang seni. Namun,dalam sejarah alat musik
gendang, tidak dapat disimpulkan bahwa gendang Jawa mempunyai pengaruh dari
India. Ini karena jenis alat musik membranofon ini diperkirakan sudah ada
sebelum adanya kontak budaya dengan India. Seperti di zaman Perunggu telah
dikenal adanya “Moko” dan “Nekara”,dan Nekara di zaman tersebut digunakan
sebagai genderang.
Komentar