Dedikasi Icha (IWP) untuk permasalahan sampah di Labuan Bajo
Marta Muslin foto bersama setelah melakukan kegiatan disebuah tempat. FB: Marta Muslin Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Labuan
Bajo telah menjadi salah satu dari lima destinasi wisata prioritas di Indonesia
yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo.
Karenanya, masyarakat Manggarai Barat lebih khususnya Labuan Bajo patut
berbangga, namun harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menjaga
destinasi ini, ampu memberikan pelayanan dan kesan yang baik untuk para
wisatawan. Setelah ditetapkan
menjadi destinasi wisata prioritas, kemudian pada Juli 2019 lalu Labuan Bajo,
menyandang status Destinasi Wisata Super Premium yang hingga kini Labuan Bajo
terus dibenahi. Labuan Bajo dengan
Pesona binatang purba komodo serta keindahan alam dan pulau-pulau kecil
disekitarnya adalah salah satu destinasi wisata yang saat ini sangat berkembang
di Provinsi Nusa Tenggara Timur bahkan Indonesia. Labuan Bajo mulai ramai
dikunjungi wisatawan setelah Pulau Komodo masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban
Dunia Baru (New 7 Wonder of the World ). Perkembangan
jumlah penduduk dan pertumbuhan pariwisata yang pesat di Labuan Bajo telah
menimbulkan masalah baru, yakni lonjakan sampah plastik yang dihasilkan. Hal
ini memperparah krisis iklim dan polusi lingkungan mengingat pengelolaan sampah
di wilayah NTT masih tertinggal. Isu sampah memang
selalu menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan. Melihat permasalahan
tersebut, berbagai komunitas lokal mengambil peran dengan caranya masing-masing.
Hingga kini telah banyak komunitas atau kelompok masyarakat yang peduli dengan
kebersihan Labuan Bajo,terutama di lingkungan tempat wisata. Dalam rilis yang
diterima Liputan6.com, Kamis, 2 Mei 2021, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo
Flores (BPOLBF) mencatat rata-rata timbulan sampah di Labuan Bajo mencapai
112,4 m3/hari atau setara dengan 13 ton/hari, termasuk di antaranya sampah
plastik. Indonesian Waste
Platform (IWP) merupakan salah satu organisasi yang aktif memerangi sampah di
Labuan Bajo. Bicara IWP maka kita akan mengenal salah satu sosok perempuan
aktivis lingkungan Marta Muslin Tulis yang merupakan Koordinator Nasional
Indonesian Waste Platform. Untuk diketahui Marta Muslin Tulis telah malang
melintang dalam mengerjakan berbagai proyek-proyek pariwisata berbasis
masyarakat dan lingkungan. Beberapa proyeknya telah dilakukan di berbagai media
baik lokal maupun nasional. Aktivis lingkungan
yang biasa dipanggil Icha ini, dalam salah satu wawancara yang dikutip
mengatakan, kelestarian pariwisata Labuan Bajo harus terus dijaga sehingga
tetap memiliki daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Upaya
mengurangi sampah, terutama sampah plastik, harus segera dilakukan agar tidak
mengancam berbagai potensi pariwisata tersebut. Pernyataan
tersebut selaras dengan apa yang beliau lakukan. Terpantau pada dinding
Facebook @Marta Muslin kerap membagikan kegiatan sosialnya yaitu proses
penanganan sampah terutama dalam Kawasan Taman Nasional Komodo. Terbaru
19/02/2022, terpantau beliau mengunggah kegiatan pembersih sampah bersama
masyarakat Desa Papagaran. Tampak beberapa gambar dengan keterangan “Kegiatan
IWP hari di Desa Papagaran bersama aparat Desa, Pokdarwis, TNK & TNI
AL Labuan Bajo. Jalesveva Kuni agu Kalo! Salam Lestari” tulisnya. Selain itu, Icha merupakan
salah satu pelaku wisata aktif dan pendorong perubahan di akar rumput
wisata di Labuan Bajo. Selain aktif aktif menjaga lingkungan juga memberdayakan
pemuda lokal untuk menjadi dive master dan pemandu wisata selam. Lewat Wicked
Diving, dive operator tempatnya bekerja, sudah banyak anak-anak muda lokal yang
menjadi dive master atau pemandu selam. Baginya anak-anak lokal tidak boleh
hanya menjadi penonton tapi menjadi pemain didaerahnya sendiri. Icha bersama
anggotanya giat melakukan kegiatan pembersihan dan kegiatan edukasi memilah
sampah agar bernilai ekonomis dalam Kawasan Taman Nasional Komodo. Besar
harapan kegiatan seperti ini banyak dilakukan oleh semua pihak agar Labuan Bajo
segera bebas dari permasalahan sampah. Masyarakat harus
diedukasi bahwa sampah plastik memiliki nilai ekonomis, sehingga mereka
tertarik untuk melakukan pemilahan dan pengumpulan. Permasalahan sampah di
Indonesia, termasuk di Pulau Komodo dan Labuan Bajo, pada dasarnya sama yaitu
soal manajemen dan support system (Mongabay.co.id). Sampah menjadi
masalah utama daerah pariwisata, jadikan sampah menjadi musuh bersama. Perlu
kesadaran semua pihak dalam pengelolaan sampah demi menjaga kebersihan di
daerah super premium ini.
|
Komentar