Muara Timtambo Nisar Dengan Sejuta Cerita
Pelabuhan Timtambo
Timtambo itulah sebutan untuk tempat ini, muara dari sekian banyak mata air yang mengalir dari hulu yaitu dari beberapa desa yang ada di kecamatan Sano Nggoang. Ia lantas disebut sebagai muara air dari lintas kecamatan.
Masyarakat setempat menjadi muara ini menjadi pelabuhan berlabuhnya beberapa kapal motor baik kapal pencari ikan (Kapal nelayan) maupun kapal Motor atau Taxi penumpang jika ke pasar pelabuhan Nangalili ataupun sebaliknya. Ia menjadi tempat kembali yang baik untuk beristirahat bagi kapal motor dari amukan ombak Laut Sawu.
Kemolekan Timtambo perlu diakui. Samping kanan dihiasi oleh Haju Mangrove (pepohonan mangrove) yang menjadi tempat bermain dan pertengkarannya burung-burung di pagi dan sore hari. Terkadang Haju Bangko atau mangrove menjadi tempat sarang buat lebah madu.
Pada malam hari masyarakat akan melakukan aktivitas mencari ikan atau kepiting yang dalam bahasa lokal disebut Ela. Ela adalah kegiatan mencari ikan pada malam hari mengunakan penerangan senter atau sejenisnya dengan dibantu tombak atau sebilah parang sebagi senjata untuk berburu.
Pada samping kiri beberapa bibit mangrove sudah mulai tumbuh diantara pepohonan besar. Mereka tumbuh dan besar dibawah perhatian dan kasih sayang tim kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang mengukuhkan diri dengan nama Pokmaswas Bangko Bersatu.
Ketika berada di pinggir kita dapat menyaksikan puluhan bibit haju bangko tumbuh. Puluhan pohon ini tumbuh diantara banyak ancaman yang menghantui seperti hewan yang memakan daun atau pucuknya.
Dari ratusan bibit yang ditanam tersisa puluhan yang masih tegak berdiri menghiasi pinggiran muara atau pelabuhan Timtambo bersama beberapa jenis pohon lainnya.
Seperti yang diceritakan diatas bahwa ia menjadi muara dari beberapa sumber mata air, sehingga pada musim hujan tempat ini menajdi tempat yang tidak direkomendasikan untuk beraktifitas. Karena pada dasarnya muara/pelabuhan ini menjadi tempat berlabuhnya para pemancing atau aktivitas mencari ikan lainya.
Ia menjadi saksi bisu banjir bandang yang menelan korban jiwa dan harta benda masyarakat Nisar pada tahun 1985 silam. Beberapa tahun silam salah satu kapal motor (taxi) hanyut bersama derasnya air sungai akibat hujan deras dihulu.
Pada musim penghujan masyrakat Bangko (salah satu kampung yang berada di dekat lokasi tersebut) harus ekstra hati-hati, dikarenakan sewaktu-waktu tidak ada hujan pada hilir secara tiba-tiba air dengan volume tinggi datang dari hulu.
Pada hari Rabu dan Kamis pelabuhan ini menjadi saksi para penumpang naik turun kapal taxi dan proses bongkar muatan. Tempat ini menjadi tempat bermain anak-anak ketika pagi hari. Jadi jangan heran masih kecil susah bisa berenang.
Masih banyak cerita menarik lainya tentang Muara/pelabuhan Timtambo
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Timtambo muara/pelabuhan sejuta cerita
Timtambo itulah sebutan untuk tempat ini, muara dari sekian banyak mata air yang mengalir dari hulu yaitu dari beberapa desa yang ada di kecamatan Sano Nggoang. Ia lantas disebut sebagai muara air dari lintas kecamatan.
Masyarakat setempat menjadi muara ini menjadi pelabuhan berlabuhnya beberapa kapal motor baik kapal pencari ikan (Kapal nelayan) maupun kapal Motor atau Taxi penumpang jika ke pasar pelabuhan Nangalili ataupun sebaliknya. Ia menjadi tempat kembali yang baik untuk beristirahat bagi kapal motor dari amukan ombak Laut Sawu.
Kemolekan Timtambo perlu diakui. Samping kanan dihiasi oleh Haju Mangrove (pepohonan mangrove) yang menjadi tempat bermain dan pertengkarannya burung-burung di pagi dan sore hari. Terkadang Haju Bangko atau mangrove menjadi tempat sarang buat lebah madu.
Pada malam hari masyarakat akan melakukan aktivitas mencari ikan atau kepiting yang dalam bahasa lokal disebut Ela. Ela adalah kegiatan mencari ikan pada malam hari mengunakan penerangan senter atau sejenisnya dengan dibantu tombak atau sebilah parang sebagi senjata untuk berburu.
Pada samping kiri beberapa bibit mangrove sudah mulai tumbuh diantara pepohonan besar. Mereka tumbuh dan besar dibawah perhatian dan kasih sayang tim kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) yang mengukuhkan diri dengan nama Pokmaswas Bangko Bersatu.
Ketika berada di pinggir kita dapat menyaksikan puluhan bibit haju bangko tumbuh. Puluhan pohon ini tumbuh diantara banyak ancaman yang menghantui seperti hewan yang memakan daun atau pucuknya.
Dari ratusan bibit yang ditanam tersisa puluhan yang masih tegak berdiri menghiasi pinggiran muara atau pelabuhan Timtambo bersama beberapa jenis pohon lainnya.
Seperti yang diceritakan diatas bahwa ia menjadi muara dari beberapa sumber mata air, sehingga pada musim hujan tempat ini menajdi tempat yang tidak direkomendasikan untuk beraktifitas. Karena pada dasarnya muara/pelabuhan ini menjadi tempat berlabuhnya para pemancing atau aktivitas mencari ikan lainya.
Ia menjadi saksi bisu banjir bandang yang menelan korban jiwa dan harta benda masyarakat Nisar pada tahun 1985 silam. Beberapa tahun silam salah satu kapal motor (taxi) hanyut bersama derasnya air sungai akibat hujan deras dihulu.
Pada musim penghujan masyrakat Bangko (salah satu kampung yang berada di dekat lokasi tersebut) harus ekstra hati-hati, dikarenakan sewaktu-waktu tidak ada hujan pada hilir secara tiba-tiba air dengan volume tinggi datang dari hulu.
Pada hari Rabu dan Kamis pelabuhan ini menjadi saksi para penumpang naik turun kapal taxi dan proses bongkar muatan. Tempat ini menjadi tempat bermain anak-anak ketika pagi hari. Jadi jangan heran masih kecil susah bisa berenang.
Masih banyak cerita menarik lainya tentang Muara/pelabuhan Timtambo
Komentar