Kapal Motor sebagai Moda Transportasi Utama masyarakat Nisar, apakah di pulau?
Salah satu kapal motor tujuan Nanga Bere |
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Desa Nanga Bere Kec Lembor Selatan adalah sebuah desa yang masih menggunakan jasa transportasi laut untuk akses keluar masuk daerah bagi masyarakatnya. Pasalnya daerah yang berada di pesisir tersebut adalah satu dari sekian daerah di Manggarai Barat yang belum beraspal.
Daerah ini pernah dilakukan penggusuran untuk melepaskan diri dari keterisolasiannya. Pada beberapa tahun berjalan, kondisi jalan tersebut memprihatinkan dan sangat membahayakan para pengguna jalan. Sehingga banyak warga yang memilih menikmati jalur laut untuk akses keluar masuk.
Mengunakan kapal motor sepertinya menjadi pilihan favorit bagi masyarakat desa tersebut. Itu sudah berlangsung beberapa puluhan tahun belakangan. Berbeda dengan daerah lain yang menggunakan Oto Kol sebagai alat transparasi.
Jauh sebelum kapal motor dan jalur darat (alat transportasi) ada, masyarakat jika akan keluar daerah atau akan ke pasar Lembor untuk menjual atau membeli barang kebutuhan sehari harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer dan menghabiskan waktu yang lama. Tenaga akan terkuras dikarenakan jarak dan medan yang sulit dilalui.
Jika masyarakat membawa barang atau hasil bumi tentu tidak seberapa karena jarak juga kekuatan tenaga manusia untuk mengangkut. Lelah dan letih di perjalanan tidak terbayarkan oleh apa yang didapatkan. Pada saat tentu, memaksa masyarakat harus pulang pergi Lembor-Nisar untuk mencari atau mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan.
Sejak motor laut sebutan untuk kapal motor ada, sangat membantu mayarakat dalam menjangkau dan mendapatkan barang kebutuhan dipasar Lembor atau kebutuhan lainnya.
Namun tidak selamanya menggunakan kapal motor seindah apa yang dibayangkan. Berbagai cobaan dan rintangan harus dilalui dan memaksa kita untuk menikmati suka dukanya perjalanan yang terkesan mewah tersebut. Mewah dalam artian tidak harus lelah lagi berjalan kaki hanya duduk manis sudah sampai tujuan (ada perubahan).
Laut Sawu yang sekarang sebagian wilayahnya menjadi kawasan konservasi perairan yang di kenal dengan Taman Nasional Peraiaran (TNP) Laut Sawu atau biasa juga disebut pantai selatan merupakan tempat yang terkenal akan ombak lautnya.
Keganasan ombak dilaut sawu bukan sebuah rahasia lagi. Ganasnya ombak laut masyarakat menyebutnya musim tenggara. Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa perairan tersebut begitu garang pada waktu tentu. Salah satu bukti nyata bahwa perairan tersebut begitu berbahaya yaitu banyaknya kapal yang karam akibat ganasnya ombak disekitar wilayah tersebut.
Desa Nangalili yang sebagian masyarakat bermata pencaharian utama sebagai nelayan dan menggantungkan hidupnya dari hasil tangkap laut harus menyerah pada ganasnya ombak. Pada saat tentu ombak pada wilayah tersebut berada pada titik dilarang beraktifitas dikarenakan sangat berbahaya baik untuk para nelayan maupun perahu yang akan gunakan sebagai media utama dalam berprofesi sebagai nelayan.
Selain para nelayan Nangalili masyarakat Nangabere harus menyerah pada keadaan. Motor pasar atau Kapal Motor yang biasa mengangkut para penumpang lebih memilih berlabuh di pelabuhan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan. Saat ini musim tenggara (ombak besar) sudah mulai menampakan diri.
Terkadang para penumpang akan menghadapi situasi yang membahayakan tatkala sudah berada pada pertengahan perjalan tiba-tiba terjadi perubahan cuaca. Berada pada pilihan akan terus melanjutkan perjalanan atau putar arah. Situasi dilaut angat susah untuk diprediksi.
Masyarakat Nisar sebutan populer untuk Nanga Bere dibesarkan pada keadaan tersebut. Ganasnya laut sawu sudah menjadi konsumsi masyarakat bukan menantang maut karena berjalan pada situasi dan kondisi tersebut, itu dilakukan karena keadaan yang memaksa untuk kita melupakan ganasnya laut yang terus menghantui.
Bagi orang baru (pendatang) menggunakan jasa motor laut bagikan kegiatan ajang uji nyali. Mental dan fisik harus diperkuat sebelum melakukan perjalan laut. Satu yang menjadi rahasia adalah jika dalam perjalan terjadi ombak yang di picu oleh angin laut maka mencobalah untuk tenang jangan panik. Pelajari situasi penumpang lain (masyarakat Nisar) jika masih dalam kondisi tenang maka itu masih dalam kondisi yang wajar atau taraf aman.
Namun kondisi dan situasi tersebut tidak selalu menjadi pemandangan yang menoton. Pada waktu tertentu bukan musim tenggara, perjalanan masyarakat menuju pelabuhan Nangalili dari pelabuhan Nisar bagaikan wisatawan yang sedang piknik. Dalam perjalanan se-sekali terdengar mereka melontarkan candaan yang menghasilkan gelombang ketawa disela suara mesin yang masih menderu dan mendorong perahu untuk terus melaju membela air.
Bahkan terkadang terlihat para penumpang menikmati perjalan dengan tertidur pulas di lantai perahu yang terbuat dari kayu yang sudah diiris tipis atau dikenal dengan sebutan papan atau bahasa lokal Banggang. Sebagian lain akan menghabiskan waktu dalam perjalan untuk ngobrol santai bersama para penumpang lainnya.
Situasi perjalan akan tergambar pada wajah juga kondisi perahu. Jika mimik muka pucat dan kondisi badan perahu basah maka sudah dapat dipastikan dalam perjalanan mereka dihajar ombak laut. Jika kondisi perjalanan aman, maka terlihat muka yang ceria.
Ombak laut menjadi ajang untuk memperkuat mental masyarakat dalam berkehidupan.
Komentar