Gerakan Menjaga Habitat Penyu Dari Tangan Pencuri Oleh Pokmaswas Desa Nanga Bere, Kec. Lembor Selatan

Sebanyak 215 Butir Telur Penyu (Pokmaswas)

Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Pada 4 Juli 2021 (Kemarin) sebanyak 215 butir telur penyu dari satu (1) sarang berhasil dievakuasi dan ditempatkan pada penangkaran yang dibuat. ini merupakan gerakan Menjaga Habitat Penyu Dari Tangan Pencuri Oleh Pokmaswas Desa Nanga Bere, Kec. Lembor Selatan

Gerakan konservasi penyu (Chelonioidea) sejak tahun 2017 hingga hari ini adalah rutinitas keseharian sejumlah warga yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. 

Sejak tahun 2017, Balai TNP Laut Sawu membentuk Kelompok Konservasi di Nisar, Desa Nanga Bere yang diberi nama Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas). Pokmaswas ini diketuai bapak Abdul Karim dan beranggotakan 15 orang nelayan  di setiap Kampung, yakni Kampung Nisar, Bangko dan Nanga Tangga dan Wae Raja.

Sejak pembentukan Pokmaswas, mereka melakukan banyak kegiatan konservasi di kawasan tersebut, misalnya penanaman anakan Bakau (kayu Bangko) dan penangkaran telur penyu. Hal ini mereka lakukan karena sering terjadi aksi pencurian liar telur penyu untuk diperjualbelikan maupun dikonsumsi oleh masyarakat.

Hasil wawancara dan data monitoring diketahui adanya 629 Tukik berhasil dilepasliarkan pada pantai selatan yaitu pada wilayah Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu sejak 2017 silam. 

Tercatat, sejak 2017 hingga 2021 sebanyak ribuan butir telur diselamatkan di tempat penangkaran. Telur itu diperoleh dari beberapa sarang yang didapatkan disekitar Nanga Bangko. Setelah ditangkarkan  45 hingga 60 hari, saatnya telur-telur penyu yang menetas jadi tukik penyu dilepasliarkan kembali ke habitatnya. 

Pada bulan Juni lalu sebanyak dua sarang telur berhasil diamankan dan dipindahkan pada penangkaran yang telah dibuat sebelumnyaa. Kegiatan monitoring terus dilakukan, hingga pada 4 Juli 2021 sebanyak 215 butir telur penyu dari satu (1) sarang berhasil dievakuasi dan ditempatkan pada penangkaran yang dibuat. Ketua Pokmaswas Bangko Bersatu Bapak Abdul Karim menyampaikan itu diprediksi telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). 

Tukik Penyu Sisik
(National Geographic)

Berikut beberapa informasi yang diperoleh dari beberapa sumber tentang penyu Sisik:

Karakteristik 

Dikutip dari https://www.mongabay.co.id yang dirilis tentang Penyu Sisik. Penyu merupakan satwa laut dengan sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Karena bernapas dengan paru-paru, satwa vertebrata dari kelas reptilia ini harus sesekali naik ke permukaan air untuk bernapas, meski sepanjang hidupnya berada di dalam laut.  Satwa pengelana laut ini dapat bermigrasi dengan jarak yang sangat jauh, yaitu bisa menempuh 3.000 kilometer dalam  58 – 73 hari.

Seperti kura-kura laut lainnya, penyu sisik (Eretmochelys imbricata)  memiliki bentuk tubuh yang datar. Rata-rata penyu sisik dewasa dapat tumbuh sampai satu meter dan berat sekitar 80 kg. Penyu sisik terbesar yang pernah ditangkap memiliki berat 127 kg.

Penyu sisik mempunyai karakter khas dibanding penyu lain yaitu bentuk kepala yang memanjang dengan rahang yang cukup besar dan memiliki mulut yang meruncing menyerupai paruh burung elang, sehingga dinamakan hawksbill turtle.

Perkembangbiakan 

Dikutip dari https://yayasanpenyu.org menyatakan bahwa Penyu Sisik kawin sebanyak dua kali dalam setahun di laguna terpencil yang berada di lepas pantai tempat mereka bersarang di pulau-pulau yang terpantau oleh kelompoknya. Musim berkembang biak penyu sisik Atlantik belangsung pada bulan April sampai November. Populasi Samudra Hindia, seperti populasi penyu sisik Seychelles, berkembang biak dari bulan September sampai Februari.

Telur akan tetap terkubur selama sekitar 60 hari hingga sebelum akhirnya menetas. Penyu sisik bersarang setiap 2 hingga 3 tahun dan menghasilkan 60 hingga 200 telur hanya dalam satu sarang saja.

Kegiatan Pokmaswas Bangko Bersatu, Desa Nanga Bere Kec Lembor Selatan 

Hasil monitoring penyu disekitar kawasan Nanga Bangko, Desa Nanga Bere, selanjutnya mereka membuat penangkaran untuk selanjutnya hasil tangkarannya dilepasliarkan ke habitatnya. Dengan cara ini diharapkan dapat menghindarkan penyu dari ancaman kepunahan. Sebelumnya masih sangat sering menemukan telur penyu beredar dipasar dan diperjualbelikan, sekarang sudah mulai jarang. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan komunitas ini mampu mengedukasi masyarakat sekitar terkait satwa dilindungi, khususnya penyu, tuturnya.

Selain itu, mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa dilindungi itu dengan menghentikan penangkapan penyu secara ilegal dan mencegah perburuan telur penyu.

Untuk diketahui bahwa, Penyu terancam punah secara alami karena dimangsa oleh predator seperti biawak, tikus, babi hutan, burung elang, ada juga beberapa jenis ikan yang senang memangsa anak-anak penyu (tukik) yang melintas di depanya, sedangkan untuk ancaman pelestariannya yaitu aktivitas manusia yang masih sering memanfatkan penyu dan merusak habitat hidupnya. 

Upaya Penyelamatan dan perlindungan dari pemerintah 

Di Indonesia, semua jenis penyu dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang berarti perdagangan penyu dalam keadaan hidup, mati maupun bagian tubuhnya dilarang. Menurut UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,  pelaku perdagangan (penjual dan pembeli) satwa dilindungi seperti penyu bisa dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp100 juta.

Mari jaga alam dan seisinya untuk kemaslahatan bersama. Salam Konservasi dari Nisar, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan.

Komentar

Postingan Populer