Bop Labuan Bajo Flores Dan Kampus Politeknik Elbajo Commodus melakukan Kajian Indeks Daya Saing Pariwisata Flores
Peserta FGD dari Kab. Manggarai Barat
Bantu share ya
BOPLBF bekerjasama dengan Kampus Politeknik eLBajo Commodus melakukan Kajian Travel & Tourism Competitiveness Index di 8 Kabupaten yang masuk dalam wilayah koordinatif BOPLBF.
Terdiri dari tiga klaster yaitu klaster 1 meliputi Kab. Manggarai Barat, Kab. Manggarai dan Kab. Manggarai Timur. Klaster 2 meliputi Kab. Nagekeo, Kab. Ngada dan Kab. Ende. Kemudian klaster 3 meliputi Kab. Sikka dan Kab. Flores Timur. Setiap klaster dipimpin oleh seorang tenaga ahli dari BOPLBF dan seorang tenaga ahli dari kampus Politeknik eLBajo Commodus juga 4 mahasiswa sebagai surveyor & input data. Kegiatan kajian TTCI ini berlangsung sejak 10-21 November 2020.
Kegiatan pengumpulan data untuk kajian TTCI dilakukan dengan Fokus Grup Discussion (FGD) dengan metode SWOT dan pengisian kuesioner oleh peserta. Untuk memperkuat data dari hasil FGD setiap klaster melakukan penggalian data sekunder disetiap instansi terkait. Peserta dalam FGD memiliki background beragam. Mereka adalah Dinas lintas sektor pariwisata, Pelaku Usaha Pariwisata, Pokdarwis, Pemandu Wisata, dan Komunitas Ekonomi Kreatif.
Penjelasan tentang program TTCI
Travel and Tourism Competitiveness Index atau biasa disingkat dengan TTCI merupakan serangkaian faktor dan kebijakan yang memungkinkan kelanjutan perkembangan, yang disinyalir memberikan kontribusi untuk perkembangan daya saing pariwisata suatu negara. TTCI juga merupakan salah satu panduan yang sering digunakan oleh pemangku kebijakan disetiap negara untuk mengukur tingkat kemajuan perkembangan suatu destinasi pariwisata.
TTCI yang sering digunakan saat ini adalah laporan indeks daya saing yang dikeluarkan oleh organisasi World Economic Forum (WEF). Indikator-Indikator yang digunakan dalam TTCI juga bisa dikatakan telah mengadopsi nilai-nilai Sustainable development yang dapat diterapkan dalam satu kawasan destinasi.
Penggunaan standar TTCI dalam pengembangan suatu destinasi akan sangat bermanfaat ke depannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa indikator di dalamnya yang dapat dijadikan acuan dasar dalam proses perencanaan dan evaluasi kualitas destinasi. Dengan memahami dan mengaplikasikan indikator TTCI, suatu destinasi akan dapat meningkatkan kualitas daya saingnya dengan destinasi lain.
Laporan TTCI pertama kali diterbitkan pada tahun 2007 oleh World Economic Forum. Laporan tahun 2007 meliputi 124 negara ekonomi utama dan negara berkembang. Pada tahun 2015, Indonesia berada di peringkat 50 dunia. Pada tahun 2017, peringkat ndonesia melonjak menjadi peringkat 42 an di 2019 naik menjadi peringkat 40 di tahun 2019.
Di kawasan Asia Tenggara, indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat ke empat (4). Indonesia meraih skor 4,3 dari total penilaian pilar-pilar seperti lingkungan bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan lapangan kerja, keberlanjutan lingkungan dan lainnya.
Selain FGD kami melakukan penggalian data sekunder di instansi terkait (Bandar Udara Frans Sales Lega, Ruteng)
Pariwisata Indonesia dihadapkan dengan 5 tantangan terbesar yang terkait dengan daya saing Kelestarian Lingkungan, Kesehatan & Kebersihan, Infrastruktur Layanan Pariwisata, Keselamatan & Keamanan, serta Kesiapan TIK. Itu menunjukkan bahwa untuk memajukan pariwisata tidak bisa bergerak sendiri, untuk itu koordinasi yang baik dengan seluruh pihak yang terkait.
Peningkatan indeks daya pariwisata melalui indikator TTCI diharapkan akan memberi banyak manfaat positif, di antaranya untuk meningkatkan citra pariwisata Indonesia, memberikan nilai tawar dalam aspek permintaan pariwisata serta investasi. Dengan sinergi ini diharapkan target peringkat Indonesia dalam indeks daya pariwisata di tahun 2021 di urutan 36-39 dapat terwujud.
Semoga dengan adanya kajian TTCI ini dapat meningkatkan citra pariwisata Flores yang lebih baik lagi.
Komentar