Kabar Geotermal Wae Sano Hari Ini
Mata Air panas di Wae Sano yang mengalami perubahan warna, Suhu dan Volume
Berlangganan & Share
Pemerintah akan membangun pembangkit tenaga listik panas bumi (geothermal) di wilayah sekitar Desa Wae Sano, kabarnya menghasilkan 10-35 Megawatt listrik. Jumlah ini cukup besar untuk menutup keperluan listrik seluruh Pulau Flores.
Konsultasi pertama pada Maret 2017. Ketika itu, penduduk tidak menolak proyek ini. Bahkan, dalam berbagai studi SMI terekam, penduduk cenderung menyetujui proyek ini.
Proyek ini dilaksanakan oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), sebuah BUMN di bawah otoritas Kementerian Keuangan. Pendanaan awal proyek ini dari Bank Dunia (World Bank) dan lembaga pemerintah Selandia Baru (New Zealand Foreign Affairs and Trade Aid Programme). (Mongabay.co.id)
Bupati Gusti menjelaskan bahwa Wae Sano dengan segala kekayaan alamnya, harus dipandang sebagai potensi yang bisa dimaksimal baik itu potensi pariwisata maupun potensi sumber energi panas bumi yang berjalan paralel dan saling mendukung satu sama lainnya.
Dirinya berharap pengelolaan potensi baik pariwisata maupun panas bumi, harus dikelola dengan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga dapat membawa manfaat jauh lebih besar bagi kemakmuran rakyat. di Aula Kantor Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Senin (10/2).
Sebenarnya penolakan proyek ini oleh beberapa kalangan karena di sanalah sumber mata air, lahan pertanian, dan perkebunan yang menjadi sumber mata pencarian masyarakat. Masyarakat merasa cemas dengan dampak lingkungan proyek tersebut
Di pinggir Sano Nggoang juga terdapat terdapat aliran mata air panas belerang cukup menyengat hidung. Suhunya mencapai 50 derajat - 100 derajat celcius. Menurut cerita warga bahwa air panas ini bisa dijadikan wadah memasak telur. Mata air panas di tepian danau yang bisa dijadikan spa alami menambah sempurna posisi Wae Sano.
Ironisnya sekarang air yang menjadi kebanggan masyarakat lokal sudah mengalami perubahan warna, suhu dan volume. Air yang dulunya jernih (bau blereng) sekarang berubah jadi Kuning pekat dan volumenya berkurang. Panas airnyapun tak terasa walaupun waktu siang. Biasanya suara letupannya (ketika mendidih) terdengar beberapa meter dari tempat tersebut. Sekarang sangat kecil.
Ada pelajaran besar yang kita bisa cermin dari proyek eksplorasi panas bumi Daratei, Mataloko, Kab. Ngada-NTT.
Belum bisa kita simpulkan, apa penyebabnya . Tapi itulah beberapa gambaran terbaru dari Wae Sano.
Wae Sano butuh kepastian!!
Komentar
Terima kasih
Terima kasih