Kampung Adat di tanah Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur
Foto dengan latar Niang Todo (istana raja Todo dahulu)
Share & komentar
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17 ribu pulau. Negara yang luas dan sangat kaya tidak hanya dari potensi alamnya saja, tetapi juga dari keberagaman suku, adat, budaya, dan bahasa. Keberagaman tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengelilingi Indonesia.
Sebagai generasi milenial, kita harus mulai melek sama budaya negeri sendiri. Jangan teriak-teriaknya pas kebudayaan sudah diklaim tetangga.
Meskipun berada di tengah gempuran teknologi dan hal-hal serba modern lainnya, ternyata ada beberapa tempat yang masih mempertahankan tradisi dan adat yang diwarisi oleh nenek moyang secara turun menurun. Tempat tersebut biasanya disebut sebagai kampung atau desa adat, dan hingga saat ini masih bertahan sebagai destinasi wisata budaya
Banyak sekali desa adat di pelosok Indonesia yang sangat terbuka dengan orang-orang yang ingin datang berkunjung untuk mengenali seperti apa adat istiadat yang mereka anut di sana.
Pulau Flores merupakan salah satu wilayah Indonesia yang masih sangat alami. Flores menjadi salah satu pulau yang kaya akan destinadi wisata yang sangat menarik karena memiliki paonorama alam, budaya, serta masyarakatnya yang masih tradisional.
Flores adalah salah daerah yang sangat kaya akan tradisi. Selain tenun dan tari-tarian, salah satu yang eksotis adalah kampung adatnya. Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dari bagian barat Flores sampai di bagian timur terdapat kampung-kampung tradisional dan kampung-kampung tua dengan usia ribuan tahun.
Kali ini saya mencoba memperkenalkan beberapa destinasi wisata kampung adat yang ada di Flores khusunya daerah Manggarai.
Kampung tradisional Wae Rebo
Desa Wae Rebo merupakan sebuah tempat yang bersejarah sehingga menjadi situs warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2012 yang lalu menyisihkan 42 negara lain (penghargaan tertinggi untuk kategori konservasi warisan budaya UNESCO Asia-Pasifik). Kampung adat Wae Rebo, secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Satarmese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Wae Rebo terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut ini layaknya sebuah surga yang berada di atas awan. Meski lokasinya berada jauh dari keramaian dan daerah pegunungan, namun Desa Wae Rebo sangat terkenal.
Masyarakatnya masih tetap tinggal di rumah beratap ijuk kerucut yang biasa disebut Mbaru Niang. Untuk mencapai Kampung tradisonal ini wisatawan harus tracking -+3-4 jam. Medan yang dilalui menuju tempat tersebut termasuk kategori sedang. Tempat ini wisatawan bisa melihat sisi otentik 7 buah rumah (Mbaru Niang) yang berbentuk kerucut melingkar dengan arsitektur yang unik dan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat yang masih tradisional tanpa terpengaruh modernisasi yang tinggi terbuka dan dengan senang hati menerima wisatawan yang berkunjung.
Warga desa mengklaim bahwa mereka merupakan keturunan Minang dari Sumatera Barat. Hal ini terjadi karena Empo Maro, nenek moyang Wae Rebo berasal dari Minangkabau.
Kampung Adat Todo
Selain Wae Rebo ada satu kampung adat tertua yaitu Kampung Adat Todo, yang berada di Kecamatan Satarmase, Manggarai, NTT. Ciri khas kampung Todo adalah Niang Todo, sebuah rumah adat berbentuk bundar beratap jerami yang diketahui merupakan istana raja Todo tempo dulu. Konon rumah adat ini adalah rumah adat tertua di Manggarai.
Hal yang membedakan Rumah adat Todo dengan rumah adat Manggarai lainnya yaitu rumah adat ini terdapat gendang yang menurut cerita masyarakat setempat gendang tersebut terbuat dari kulit manusia. Gendang di sini bukan sembarang gendang biasa, tetapi terbuat dari kulit manusia yang bernama Loke Nggerang (wanita berparas cantik). Gendang ini tidak sembarang diperlihatkan kepada umum. Ada ritual adat tertentu dilakukan untuk bisa melihat gendang yang dikeramatkan tersebut.
Dijalur masuk kita bisa melihat beberapa meriam kuno berjejer seakan siap menyambut wisatawan dengan tembakan dahsyatnya.
Desa Todo adalah pusat Pemerintahan Kerajaan Manggarai. Manggarai sendiri merupakan kerajaan terbesar yang menguasai Pulau Flores sebelum akhirnya harus pindah ke kota Ruteng karena invasi Belanda.
Kampung Ruteng Pa'u
Dari pusat Kota Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai, NTT, ada sebuah kampung, yakni Kampung Ruteng. Kampung ini berada di wilayah Kelurahan Golodukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Jarak dari pusat kota Ruteng -+3 KM atau 7-10 menit memggunakan kendaraan bermotor.
satu - satunya kampung adat yang masih memiliki formasi kampung tradisional dengan konstruksi bebatuan ala kampung tradisional orang Manggarai di seantero kampung. Di sini juga terdapat sepasang rumah adat beratap ijuk berbentuk kerucut.
Mari mengenali budaya kita sebelum orang lain mengklaim budaya kita..
Salam pesona dari Manggarai....
Komentar