Dibalik buruknya berbagai infrastruktur penunjang di Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan ada harta yang tersimpan. Apa itu?

Ketua pokmaswas sedang melakuakan proses pemindahan telur penyu ke penangkaran 

Dibalik buruknya infrastruk jalan, masalah jaringan, listrik dan potret pendidikan yang memperhatikan, mereka  masih memperhatikan keberlanjutan sebuah habitat yang hidup di ambang kepunahan. Mereka yang di maksud adalah kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas) Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan Kab. Manggarai Barat.

Belum banyak orang yang tahu tentang Nisar, Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan yang dikabarkan ternyata menyimpan cerita soal tentang kegiatan konservasi penyu. Maklum saja, pantai ini relatif sepi bahkan belum disentuh pengunjung dari luar dan masih alami jika dibandingkan dengan pantai berpasir hitam lainnya di pesisir selatan Lembor atau dikenal Lembor selatan.

Di zaman yang serba konsumtif sekarang sudah sangat jarang ditemui penggiat konservasi yang mengabdi atas dasar panggilan jiwa. Penggiat konservasi banyaknya diinisiasi oleh pemerintah dan LSM, sudah jarang kita temukan kelompok yang bergerak atas inisiasi sendiri tanpa mengandalkan LSM dan Pemda.

Dari kondisi tersebut, terdapat kelompok penggiat konservasi di Pesisir selatan atau lebih dikenal pantai selatan yaitu Kelompok Masyarakat Pegangsaan (Pokmaswas) Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan  yang mulai menekuni aktifitas konservasinya dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Berawal dari kegiatan masyarakat pesisir yang mencari kemudian menjual dan mengkonsumsi telur penyu membuat kelompok tersebut gencar melakukan kegiatan monitoring  atau pengawasan diseputar pantai.

Penyu yang sedang bertelur di dekat penangkaran 

Sarang telur penyu yang ditemukan kemudian diambil telurnya untuk selanjutnya dipindahkan pada lokasinya yang mereka sebut tempat penangkaran penyu yang terkesan sederhana yaitu dari bambu yang termakan usia. Maklum fasilitas relatif yang tersedia dan terjangkau disekitar tempat tersebut.

Ratusan anak penyu yang tangkarkan berhasil dikembang biakkan menjadi tukik-tukik (anak penyu) yang lucu dan menggemaskan. Sejauh ini ada 629 Tukik sudah dilepas liarkan sementara 317 butir telur masih dalam proses menuju pengetasan yang terdiri dua sarang yang berbeda. Berikut detail kegiatan yang tercatat oleh team dilokasi penangkaran selama Mei dan Juni 2017 sebanyak 172 butir telur Penyu ditemukan  lalu mereka pindahkan  penangkaran. Dalam masa 45 -60 hari kemudian,  seluruh telur di tempat penangkaran itu menetas.  Tepatnya 15 Mei 2017 menetas sebanyak 80 butir. 12 Juni 2017 menetas 70 butir dan 25 Mei 2017 menetas 20 butir.  Jumlah 442 butir. Setelah menetas, 442 Tukik Penyu yang telah menetas itu dilepaskan ke laut.

Telur yang siap dipindahkan ke penangkaran 

Tahun berikutnya. Pada 14 Mei 2018 menetas sebanyak 97 butir dan 25 Mei 2018 sebanyak 90 butir. Jumlah 187 butir. Total tukik Penyu yang berhasil menetas lalu dilepaskan ke laut sepanjang 2017 hingga 2018 sebanyak 629 tukik Penyu. Pada tahun ini tepatnya pada 10 Januari 2021 mereka berhasil menemukan 156 butir telur Penyu dan 19 Februari  kemarin sebanyak 161 butir  dipindahkan ke lokasi penangkaran.

Kelompok ini berharap kegiatan mereka menjadi perhatian dari semua pihak untuk sama-sama bergerak demi kemaslahatan bersma dimasa yang akan datang  “saya berharap, apabila ada pihak yang menemukan pendaratan penyu bisa menghubungi saya dan tim yang tergabung dalam kelompok telurnya jangan diambil untuk dikonsumsi,” ucap ketua kelompok masyarakat pengawas (Bpk. Abdul Karim).

Tukik yang dilepasliarkan ke Kawasan Konservasi Perairan Taman Nasional Laut Sawu 

Penangkaran sederhana yang terbuat dari bambu yang buat oleh kelompok tersebut sangat memperhatikan. Namun dari keterbatasan apak perhatikan dan dana mereka telah melepasliarkan Tukik ke perairan yang masuk dalam kawasan konservasi perairan Taman Nasional Laut Sawu (KKP TNLS).

Ketua Pokmaswas berharap ada pihak yang bisa membantu mereka dalam hal menyiapkan tempat penangkaran yang sifatnya permanen. Ia juga berharap kegiatan ini mendapat perhatian dari pihak terkait seperti Dinas pariwisata dan Badan Otoritas Pariwsata (BOP) Labuan Bajo Flores untuk membantu mereka mempromosikan satwa langka tersbut sebagai salah satu Daya tarik wisata untuk Lembor selatan.

Tukik hasil penangkaran 

Mengabdikan diri sebagai relawan sosial memang tidak semua orang mampu, apalagi pengabdiaanya bukan pada manusia yang terkadang akan ada balasan dan juga imbalan.

Kegiatan tersebut sehingga mereka layak disebut pahlawan. Mereka sangat cocok untuk dinobatkan sebagai “pahlawan” bagi para penyu (Tukik) karena mereka yang telah mengabdikan diri sebagai penjaga hewan laut tersebut. Jika mereka manusia yang bisa bicara mungkin akan ribuan ucapan terimakasih diucapkan kepadanya dari hewan yang mulai langka itu. 

Komentar

Postingan Populer