Sejatinya negeri diatas awan didaratan Flores yaitu puncak Gunung Ebulobo Nagekeo
Puncak Ebulobo Nagekeo (2.124 Mdpl)
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Bukan hanya pantai dan laut yang keindahannya mampu menghipnotis mata manusia ketika berada di daratan Flores. Gunung-gunungnya pun memiliki pemandangan yang sangat memukau. Sehingga tidak heran banyak orang maupun kelompok pecinta alam yang suka menghabiskan waktu dengan menaklukkan gunung dan menikmati pemandangan yang sangat indah dari puncaknya.
Bicara gunung, Indonesia mempunyai rangkaian gunung berapinya dari ujung barat sampai ujung timur, membuat hati para petualang terpanggil dengan berbagai keindahan alamnya. Sebuah gunung berapi yang dapat didaki menjadi salah satu primadona baru bagi para petualang. Pasalnya, sensasi mendaki gunung ini berbeda dari satu gunung ke gunung lainnya. Nah, bicara soal sensasi dan pemandangannya yang indah, membuat gunung ini cepat dikenal bagi para pendaki ketika berada di daratan Flores yaitu Gunung Ebulobo yang berada di Boawae, Kabupaten Nagekeo, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bicara soal Ebulobo, saya termasuk orang yang pernah berada di puncaknya pada tahun lalu tepatnya pada September 2020. Berikut ceritanya.
Tidaklah lengkap rasanya kalau gunung seindah itu dilewati begitu saja, seperti yang diceritakan sebelumnya bahwa Gunung Iya sudah ditaklukkan. Ingin mencoba sensasi gunung yang katanya indah dan tergolong gunung salah satu gunung berapi tinggi di daratan Flores. Dalam perjalanan dari Kabupaten Ende ke Labuan Bajo dalam sebuah kegiatan, kami memutuskan untuk mencoba melihat puncak yang katanya negeri diatas awan karena selalu diselimuti kabut tebal. Kebetulan ada kenalan di Boawae yang sebelumnya pernah ketemu di bukit Ebulobo, Bajawa. Sehingga ia yang menjadi perantara kami melakukan koordinasi untuk mencari seseorang untuk dijadikan pemandu lokal selama di Boawae.
Hingga akhirnya ditemukan orang yang tepat. Selama dalam perjalanan kami terus melakukan koordinasi dengan pemandu yang direkomendasikan tadi, untuk persiapan pendakian tersebut. Hari berganti malam, detik ke menit dan menit ke jam sehingga kami seperti berpacu pada waktu. Singkat cerita, sesampainya di Boawae kami berdiskusi dan mendatangi tempat registrasi.
Sesampainya di tempat registrasi hal diluar dugaan saya terjadi, ternyata teman-teman ada yang mengurungkan niat untuk ikut mendaki dikarenakan kelelahan. Menjadi sebuah impian dalam hati, bahwa harus bisa berada dipuncak sehingga saya tetap pada pendirian untuk tetap siap mendaki. Walaupun sebenarnya itu berbahaya buat diri saya sendiri, tapi niat sudah menjadi energi dan tenaga tambahan. Karena sudah larut malam, pemilik rumah (tempat registrasi) kami persilahkan untuk beristirahat ditempat tersebut.
Karena membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan sehingga kami memutuskan untuk memulai pendakian pada pukul 2.25 dini hari. Tidur karena dihantam jalan yang berkelok sehingga tidak terasa waktu yang sudah ditentukan telah tiba. Jalur yang dilalui untuk pendakian pun terbilang cukup sulit, mungkin dikarenakan baru bangun langsung jalan. Suara binatang menghiasi heningnya malam. Kali ini tidak mengambil resiko yang pernah di alami pada pendakian sebelumnya. Kami semua menggunakan sepatu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, karena sebelumnya kami sudah mengetahui kondisi jalur yang akan dilalui.
Untuk para pendaki siapkan fisik dan mental karena pendakian Gunung Ebulobo ini tidak sebentar. Jadi, stamina serta nyali dan tekad perlu benar-benar siap karena jika sudah ada di jalur pendakian, sudah tidak ada lagi jalur untuk memutar balik turun.
Medan yang dilalui sebelum pos 1 masih kategori sedang hanya perkebunan warga, antara pos 1 dan 2 sudah mulai sedikit tanjakan. Pada pos 2 dan 3 medannya sudah mulai sulit. Dari pos 3 sampai batas vegetasi hampir keseluruhan medannya tanjakan sehingga sangat menguras tenaga.
Waktu terus berjalan, setelah melewati batas vegetasi, sinar mentari pagi seakan siap menyapa kami. Semntara antara batas vegetasi dan puncak teras begitu sulit karena selain tanjakan yang begitu menukik juga medan yang kami lalui yaitu bebatuan yang terkadang membahayakan diri sehingga ekstra hati-hati. Sesuai tujuan awal adalah menikmati sang mentari pagi keluar dari sarangnya di atas puncak, maka dengan penuh semangat menggunakan sisa tenaga yang ada dan kaki dipaksa mempercepat perpindahannya dengan kondisi jalur yang terbilang sulit. Hingga pada akhirnya pada pukul 6.15 kami sudah berada dipuncak Ebulobo (2.124 Mdpl).
Bersamaan dengan itu tampak matahari seakan sedang menari di atas gumpalan awan dan menyapa kami yang sedang ngos-ngosan. Melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Sinar matahari seperti muncul dibalik gumpalan awan yang seperti luasnya samudera. Pada saat itulah saya baru bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri kata orang "Negeri diatas awan" yang selama ini hanya bisa dilihat lewat gambar. Hari ini terasa seperti sebuah mimpi tapi nyata.
Untuk beberapa saat saya pun memberanikan diri untuk membuka jaket yang saya kenakan untuk menikmati udara yang sangat dingin tersebut hingga terasa masuk dan menyapa tulang. Sesekali mata memandang hamparan yang ada didepan sana seperti tak berujung. Hati bergetar terpukau dengan pesona alam yang kita miliki. Ada sebuah petikan yang menyatakan bahwa “Alam telah memenuhi segala kebutuhan kita. adapun keinginan kita, alam juga telah menyediakannya. Tapi kita perlu sedikit usaha untuk mencarinya.” Daerah sekitar diselimuti kabut dan awan tipis sungguh menakjubkan. Begitu juga hamparan lembah ditutup awan yang tampak seperti samudra luas. Tapi itu tidak berlangsung lama, sebab selang berapa menit kemudian kabut menutupi matahari dan awan yang berada di depan kami.
Beberapa saat kemudian, angin mulai sedikit mulai kurang bersahabat, keadaan mulai berubah dan kembali saya kenakan jaket. Cukup lama kabut terus menghalangi penglihatan kami. Setelah itu kembali kami merapikan peralatan dan mencari tempat berlindung. Sebagai pengalaman pertama dengan cuaca yang sedikit ekstrem tersebut membuat saya kewalahan menahan dinginnya puncak tersebut. Dipuncak, akan terlihat tumpukan batu yang mengelilingi kawah yang lebih mirip retakan yang melintasi puncak. Ada bau belerang yang kuat datang dan pergi ketika tertiup angin.
Kami pun memutuskan untuk berteduh di sebuah gua yang terdapat di puncak. Di puncak Gunung Ebulobo terdapat sebuah lubang besar menyerupai gua dengan lebar diperkirakan dapat menampung puluhan orang. Kami berteduh di tempat tersebut sambil menikmati cemilan. Setelah beberapa saat kemudian, kami beranjak untuk melihat belerang yang ada sisi lain puncak. Sambil menikmati pemandangan juga tentunya beberapa jepretan, karena ini adalah momen langkah.
Puncak sesungguhnya ada di sisi lain kawah, yaitu ke arah barat, sekitar butih waktu kurang dari 15 menit untuk sedikit ke kiri dan mengitari kawah untuk pergi ke tepi barat. Tempatnya bagus, tetapi berhati-hatilah karena jalurnya terdiri dari batu-batu besar. Dari beberapa sumber menyatakan titik tersebut adalah yang tertinggi 2137 Mdpl. Pada tempat tersebut disuguhkan pemandangan terbaik ke barat yaitu kerucut Gunung Inerie tampak jelas terlihat.
Setelah merasa sudah cukup, kami memutuskan untuk turun dan jam menunjukkan pukul 8.45. Setelah memulai berjalan turun, kaki seakan membeku dan gemetar. Karena kemiringan lereng yang cukup tajam seakan membuat kaki tidak bisa berpindah tempat. Tapi dengan segala kekuatan yang masih tersisa oleh hantaman angin di puncak, kami berhasil sampai di titik start pada pukul 12.05 siang.
Bicara soal pemandangan, kepuasan dan sensasi gunung ini adalah sebuah tempat yang direkomendasikan banyak orang selain Gunung piramida Flores yaitu Gunung Inerie. Alam Flores itu indah untuk dinikmati, jadi ke Flores tidak mulu hanya ke laut atau tempat yang sudah banyak dikunjungi tapi cobalah untuk ke tempat yang membangkitkan jiwa untuk terus berpetualang seperti ke gunung-gunung yang ada. Dijamin anda ketagihan.
Komentar