Ruangan Kelas Rasa "Kandang Kambing" ada di Kabupaten Manggarai Barat tepatnya di Desa Nanga Bere Kec Lembor selatan
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Meski akan memasuki usia kemerdekaan yang ke-76 tahun pada 2021, Indonesia ternyata masih belum mampu melaksanakan sila ke-5 Pancasila yang berbunyi, ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’. Meski terjadi hampir di seluruh sendi kehidupan masyarakat, namun yang paling disoroti adalah bidang pendidikan yang masih tergolong jauh dari kata layak.
Seperti masih banyaknya sekolah-sekolah di Indonesia yang jauh dari kata ‘layak pakai’ alias kondisinya masih memprihatinkan. Indonesia yang katanya sebagai negara kaya raya, nyatanya masih tak mampu mencukupi kebutuhan pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Potret Sekolah-sekolah di bawah ini, menjadi saksi masih buruknya kualitas pendidikan di Indonesia.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Amin Kampung Kewitu yang berada pada wilayah Desa Nanga Bere Kecamatan Lembor selatan Kabupaten Manggarai Barat, terpaksa belajar di ruang kelas yang tak layak pakai.
Bangunan sekolah yang dibangun pada tahun 2004 silam secara swadaya oleh masyarakat belum mendapatkan sentuhan baru dari pihak pemerintah. Sebanyak tiga ruangan menjadi pemandangan yang miris jika berkunjung ke sekolah tersebut. Ketiga ruangan ini layak di sebut sebagai ruangan kelas rasa kandang kambing. Aroma tak sedap menjadi konsumsi para siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Bangunan kelas yang berdinding bambu yang sudah lapuk termakan usia menjadi alasan kambing dengan mudah mengakses ruangan pada malam harinya. Sehingga pada pagi hari para siswa dibawah pengawasan para guru membersihkan kotoran kambing tersebut kemudian akan berlangsung proses belajar mengajar. Selain berdinding bambu juga beralas tanah menjadi sebuah pemandangan yang mengerikan juga memprihatinkan. Pada musim hujan air mengalir ke ruangan yang tentunya menimbulkan ruangan menjadi licin dan berlumpur.
Ruangan kelas sekolah tersebut dibiarkan apa adanya, lantaran masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk membangun gedung sekolah permanen. Pada beberapa kesempatan pihak sekolah sudah mengajukan proposal pembuatan gedung sekolah permanen, namun sejauh ini belum ada realisasi dari permintaan tersebut.
Belum lagi, kondisi para murid dan guru yang rata-rata harus berjalan kaki 5 kilometer untuk bersekolah. Permasalahan tersebut harus menjadi permaslahan kita semua. Mari bersama-sama menyuarakan hal tersebut kepada pihak terkait agar kiranya segera di perhatikan.
Komentar