Persoalan sinyal, masyarakat Lembor Selatan harus ke tengah laut
Berlangganan & Share
Rangabalingnisarbersuara.blogspot.com Saat ini, keberadaan jaringan telekomunikasi masih menjadi sorotan demua pihak. Pasalnya, masih banyak daerah terpencil (kampung) yang belum dapat menikmati maupun memanfaatkan jaringan telekomunikasi.
Tak jarang di media sosial (berita) kita melihat orang di suatu wilayah harus kesebuah tempat (tempat tertentu) untuk bisa menikmati alat telekomunikasinya. Bahkan ada yang berakhir tragis. Meninggal karena jatuh dari pohon ketika sedang asik bertelepon.
Menurut berita online terkait kondisi terkini infrastruktur telekomunikasi di NTT. "Sampai dengan 2020 ini, masih ada 645 titik blank spot di NTT artinya tanpa ada sinyal telekomunikasi maupun internet,” kata Diskominfo NTT.
Selama puluhan tahun, masyarakat Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan belum mendapatkan sambungan jaringan operator seluler, akses jalan raya dan penerangan (listrik).
Pasalnya bahwa sebelum ada jaringan telekomunikasi masyarakat untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat luar harus menggunakan perahu nelayan ke tengah laut untuk mendapatkan sinyal. Terkadang niatnya untuk bisa bicara dengan sanak saudara di seberang sana harus bisa melawan rasa mabuk laut (karena ombak pantai selatan bukan main).
Saya sendiri pernah ditelepon sama keluarga ketika saya masih menempuh pendidikan di kota daeng (Makassar). Mama dan bapak bercerita bahawa mereka sedang berada ditengah laut (laut sawu) menggunakan perahu tetangga untuk bisa berkomunikasi dengan saya. Mereka menggunakan perahu dengan kelompok yang sangat besar. Mengingat Itu adalah sebuah kesempatan emas (kala itu). Mereka berada diatas laut lepas selama beberapa jam.
Masyarakat membutuhkan akses jaringan telekomunikasi lantaran banyak anak di wilayah itu melanjutkan pendidikan di luar NTT. Sehingga komunikasi harus lancar agar orangtua atau masyarakat intens menanyakan kebutuhan anaknya di perguruan tinggi.
Pemerintah kemudian berupaya mendatangkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat pesisir selatan Manggarai Barat. Pada 25 November 2017 satu unit tower telekomunikasi dan beroperasi hingga saat ini.
Tower jaringan di Desa Nanga Bere
Sekarang masyarakat pesisir selatan Manggarai Barat sudah bisa berkomunikasi dan bertukar informasi dengan bebas. Pada akhir tahun 2019 lalu pihak PT. Telekomunikasi ini menambah status jaringan dari 3G menjadi 4G sehingga masyarakat bisa menikmati jaringan internet.
Satu tower telekomunikasi yang dibangun setidaknya mengobati kerinduan masyarakat Nanga Bere. Kehadirannya memang belum sepenuhnya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pasalnya ada beberapa anak kampung belum bisa dijangkau oleh sinyal tower tersebut. Tapi setidaknya Bapak & Mama tidak ke tengah laut lagi.....
Itulah sedikit cerita dari kampung pesisir untuk Indonesia yang akan datang...
Komentar
Terimaksih sdh singgah ya